Seperti yang dialami oleh MS (52) warga Kecamatan Lemahwungkuk yang juga wali murid dari salah satu SMP Negeri di Kota Cirebon, dirinya harus rela menjual salah satu barang berharga miliknya demi membeli satu buah smartphone untuk anaknya yang baru saja masuk SMP. Televisi yang ia miliki juga tidak mendapatkan frekuensi yang jelas, sehingga tidak bisa menghasilkan gambar dan suara yang jernih saat melihat acara kegiatan belajar mengajar yang telah ditentukan oleh Disdik.
“Bagaimana anak saya mau belajar pak, TV nya di sini brecek (tidak jelas gambarnya) terus anak saya lihat apa. Tuh kemarin saya juga jual kalung (emas) buat beli HP belum nanti kuotanya. Apalagi ini sampe akhir tahun katanya, bingung jadinya buat makan aja susah”, ujarnya, saat ditemui di Rumah sederhannya di Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon, Minggu (19/7).
Bukan hanya itu, MS juga harus kembali merogoh kocek untuk membeli seragam dengan harga yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Dan uang seragam tersebut harus sudah dilunasi saat anak sudah mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sementara seragam tersebut belum diterima.
“Uang seragam harus lunas padahal belajar aja nggak, anak setiap hari ada dirumah. Seragam juga mana belum diterima”, ungkapnya.
Discussion about this post