KUNINGAN, (FC).- Badan Pusat Statistik (BPS) Kuningan mencatat prosentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kuningan dalam 5 tahun terakhir mengalami sedikit kenaikan di tahun 2020, setelah 4 tahun sebelumnya selalu menurun.
Berdasarkan data BPS, tahun 2016, prosentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kuningan adalah 13,59 %. Kemudian mengalami penurunan pada 3 tahun berikutnya yakni di tahun 2017, 2018, dan 2019.
Tahun 2016 angkanya 13,27 %, menurun di 2018 menjadi 12,22%, dan tahun 2019 turun lagi jadi 11,41 %. Selanjutnya di tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 12,82%.
Baca juga: Bara Nusantara Ajak Atasi Kemiskinan Lewat Program “Jejaring Konvensional”
Menurut Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial Kabupaten Kuningan, Ence Hadiat Rohanda, kenaikan prosentase jumlah penduduk miskin di Kuningan secara umum dikarenakan roda ekonomi pergerakannya terhambat akibat adanya dampak pandemi Covid-19.
“Aspek lain banyak pekerja yang kena PHK, dan pekerja sektor informal tidak bisa optimal mencari nafkah, Saleresna seueur aspek manawi pendidikan, akses kesehatan, dan keterjangkauan terhadap sumber kehidupan (bahan makanan, bangunan dll),” lanjutnya saat diwawancarai, Senin (1/2).
Menurutnya, saat ini Dinas Sosial Kabupaten Kuningan pada saat ini fokus mengawal data penerima manfaat, memfasilitasi bantuan langsung dari pusat (Kemensos), yaitu melalui data terpadu kesejahteraan sosial yang penetapan kelayakan bantuannya ditetapkan oleh Kemensos.
Baca juga: Ridho Tak Terima Kuningan Disebut Kabupaten Termiskin
Terpisah, menanggapi kenaikan angka kemiskinan di Kabupaten Kuningan, Kepala Bappeda Kabupaten Kuningan, Usep Sumirat menangggapi penyebab kemiskinan di Kuningan diantaranya Penduduk usia produktif cukup banyak yang bekerja di sektor informal (bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta termasuk di Kuningan)
“Sehingga ketika Pandemi (yang notabene sektor ini paling terpukul), merekalah yang akan kena dampak di awal dan terparah,” jelasnya.
Penyebab selanjutnya adalah Tingkat Pendidikan rata-rata SD, SMP, sehingga lapangan kerjanya di sektor informal dan sektor ini sangat rentan untuk terkena dampak ketika terjadi guncangan ekonomi.
Baca juga: Boy Sandi: Kuningan Termiskin di Jawa Barat, Jangan Salahkan Covid
“Buruh tani yang tidak memiliki lahan atau yang lahannya sangat sedikit, ini juga banyak di Kuningan, pada saat ekonomi melambat, ini juga sangat rawan masuk zona miskin (tdk punya cadangan makanan, tidak punya tabungan, karena mereka tidak punya gaji karena bukan pekerja tetap” ujarnya.
Menurut Usep, selama ini penanganan kemiskinan sudah banyak dilakukan. Tapi karena dengan kondisi tingkat kedalaman kemiskinan dan tingkat keparahan yang tinggi, sehingga penanganan kemiskinan tersebut hanya mampu membuat mereka bertahan hidup, belum mampu mengangkat mereka keluar dari garis kemiskinan
“Sikap mental atau budaya masyarakat Kuningan secara umum, jika ada pendataan tentang masyarakat miskin itu dipandang identik dengan bantuan dan semua ingin mendapat bantuan, sehingga data melambung. Silakan cek ke BPS,” pungkasnya.(Bambang)
Baca juga: 5 Kecamatan Masuk Klasifikasi Kemiskinan Tinggi dan IPM Terendah
Discussion about this post