KAB. CIREBON, (FC).- Pemerintah Desa Matangaji, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon dinilai sudah berhasil mengatasi permasalahan sampah di desanya.
Kuwu Desa Matangaji, Rusnadi mengatakan, permasalahan sampah di desanya sudah teratasi. Ribuan warganya sudah tertib membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan di wilayahnya masing-masing. Hanya meyisaka permasalahan sampah yang dibawa oleh pendatang maupun yang melintas di desanya.
“Penduduk desa kami sudah tertib. Tidak ada lagi warga kami yang membuang sampah sembarangan. Hanya pengendara atau warga luar desa kami yang membuang sampah di desa kami di sembarang tempat,” kata Rusnadi, Selasa (10/10).
Apalagi, lanjut dia, di desanya sudah ada program bank sampah. Mereka (warga) sudah mengerti sampah yang dihasilkan olehnya setiap hari ternyata bernilai ekonomis. “Dalam kurun waktu 4 bulan, anggota bank sampah kami sudah ada 70 nasabah. Dan rata-rata pendapatan warga dari bank sampah sudah ada yang mencapai Rp700 ribu,” kata Kuwu Rusnadi.
Namun, kata Kuwu, berdasarkan kesepakatan bersama, hasil dari bank sampah tidak boleh diambil sebelum akhir tahun. “Boleh diambil hanya untuk pelunasan PBB dan pembayaran listrik. Selain itu tidak boleh diambil,” imbuhnya.
Selain sampah yang bernilai ekonomis, sampah organiknya itu dibuang tempat pembuangan sampah (TPS) yang ada di setiap wilayah (RW), selanjutnya dibakar. “Hasil pembakaran sampah organik itu dikumpulkan dan dijadikan pupuk untuk taman, palawija. Yang anorganik kita jual ke BUMDes Ciawigajah. Makanya sampah habis di desa. Tidak ada sampah yang dibuang di TPS Kabupaten Cirebon,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Peningkatan Kapasitas dan Pemulihan Lingkungan (PKPL) pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon, Fifi Erneti mengatakan, Desa Matangaji saat ini sudah mandiri mengelola sampahnya. Hal itu akan memberikan dampak bagi mereka, karena masyarakat desa setempat memproyeksikan dan mempunyai cita-cita sebagai desa religi. “Pak kuwu tengah menata tempat dan objeknya. Kalau tidak mandiri mengelola sampah, maka orang luar akan membawa sampah dan menambah jumlah sampah,” kata Fifi.
Ia mengharapkan Desa Matangaji ini seperti Negara Singapura. Ia menceritakan, jika datang ke negara itu, mau tidak mau harus bersedia mengikuti aturan di negara tersebut. “Harapnya seperti itu, masyarakatnya disipilin mengelola sampah dari rumah, sehingga oranh yang datang kesini pun akan terbawa dan tidak akan membuang sampah sembarangan di objek wisata,” kata Fifi.
Apalagi, masih dikatakan Fifi, disini sudah terbentuk bank sampah yang diinisiasi oleh ibu-ibu PKK, mudah-mudahan masuk ke ranah keluarga untuk menyerukan, mencontohkan serta mengimplementasikan pemilahan sampah dari rumah. “Saya lihat bank sampah disini sudah jalan. Berharap semua masyarakat mau ikut program bank sampah,” pungkasnya. (Ghofar)
Discussion about this post