MAJALENGKA, (FC).- Pemdes Gandawesi Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka, sampai saat ini masih memegang teguh tradisi adat desa yang diwariskan oleh para leluhur.
Adat desa tersebut seperti halnya Mapag Sri, guar bumi munjungan dan yang lainnya. Di setiap tahunnya Pemdes Gandawesi melaksanakan adat desa sesuai dengan momen dan waktunya.
Seperti halnya munjungan dan guar bumi, adat desa tersebut dilaksanakan oleh pemdes waktunya disaat menjelang musim tanam padi MT ke 1.
Sedangkan Mapag Sri biasanya di laksanakan seusai musim panen tiba, dengan tujuan sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang melimpah sehingga para petani ikut menikmati rejeki dari hasil jerih payah sawah yang digarapnya.
Namun disamping menyampaikan rasa syukur, adat desa seperti Mapag Sri adalah sekaligus even hiburan rakyat.
Sehingga masyarakat yang tadinya berjibaku di lahan sawah miliknya, dengan adanya pesta panen yang digelar Pemdes Gandawesi, maka masyarakat khususnya para petani meninggalkan kepenatannya dan berbaur untuk saling bergembira menikmati hiburan rakyat yang disajikan oleh pemdes Gandawesi.
Untuk hiburan rakyat di adat desa Mapag Sri tahun ini berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Dimana biasanya kalau kegiatan adat desa Mapag Sri hiburan rakyatnya adalah pentas wayang kulit.
Namun tahun ini Pemdes Gandawesi mengundang seni budaya Sandiwara yang berasal dari Kabupaten Indramayu.
Hal ini berdasarkan kesepakatan bersama disaat musyawarah para tokoh masyarakat yang di gelar jauh jauh hari.
“Untuk tahun ini, masyarakat Desa Gandawesi menginginkan pesta panen atau kegiatan Mapag Sri, hiburan rakyatnya menghadirkan seni budaya Sandiwara. Mungkin masyarakat ingin hiburan rakyatnya tidak selalu monoton seperti wayang kulit saja,” kata Kades Gandawesi, Dodo Suhada saat dijumpai di tengah tengah pesta panen senin (8/5) malam.
Dikatakan Kades Dodo, walau masyarakat Desa Gandawesi itu mayoritas sunda, tapi mereka sangat senang dan menggandrungi hiburan seni bernuansa jawa.
Maka tidak heran manakala menggelar pesta panen hiburan rakyatnya pasti kalau tidak wayang kulit ya sandiwara.
“Ya disini masyarakatnya sangat antusias menikmati hiburan sandiwaranya. Bisa di lihat ribuan masyarakat tumpah ruah memadati GOR Desa Gandawesi yang luas ini,” ucap Dodo.
Namun saat disinggung terkait anggaran biaya, Kades Dodo menyampaikan bahwa sumber dana untuk kegiatan Mapag Sri ini berasal dari PADes, swadaya masyarakat seperti konsumsi dan kekurangannya dari kantong pribadi.
“Untuk kegiatan Mapag Sri ini sumber dananya dari swadaya masyarakat dan PADes, adapun kekurangannya ya biasa resiko jeneng, alias dari kantong pribadi,” pungkas Kades Dodo mengakhiri obrolannya.
Pantauan FC pra senin malam (8/5), ribuan masyarakat tumpah ruah menyaksikan alur pentas seni Sandiwara yang di pusatkan di GOR Pemdes Gandawesi.
Mereka bukan saja masyarakat Gandawesi, namun dari luar desa pun seperti masyarakat Beusi, Tegalaren dan sekitarnya turut berdesak desakan menyaksikan hiburan rakyat.
Mereka ingin menikmati pentas seni sandiwara yang berasal dari Indramayu.
Pentas seni berjalan aman, dari awal hingga usai, hal ini berkat kerja sama yang baik antara Pemdes Gandawesi dengan pihak Muspika Ligung dalam rangka mengamankan jalannya pagelaran pentas seni pesta panen.
(Munadi)