KAB. CIREBON, (FC).- Insiden tawuran antar pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menyebabkan satu orang pelajar tewas, membuat sejumlah pihak angkat bicara. Salah satunya, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon.
Kepala DPPKBP3A Kabupaten Cirebon, Hj Eni Suhaeni mengatakan bahwa kejadian tawuran antar pelajar tersebut tidak sepenuhnya salahnya sang anak. Akan tetapi sebagain besar kesalahan itu, adalah orangtua dari si anak tersebut.
“Pokoknya apapun yang dilakukan anak, itu bukan kesalahan anak. Tetap adalah kesalahan dari orangtua,” kata Hj Eni Suhaeni, Kamis (8/8).
Ia menjelaskan, kenakalan remaja atau anak mungkin saja karena orangtua yang sibuk, sehingga tidak ada waktu untuk anak. Bisa juga karena orang tua yang broken home atau mungkin saja, orangtua yang masabodo sehingga tidak bisa mengontrol pergaulan anak. Sebab-sebab itulah anak gampang terpengaruhi oleh lingkungan.
Padahal, dari dinas yang pengampu terkait masalah anak, Polresta Cirebon, Forkopimda, dan stakeholder terkait pasti sudah memberikan sosialisasi kepada anaknya, kepada orangtuanya, agar mereka tidak melakukan hal negatif. Namun, faktor lingkungan yang negatif lebih kuat.
“Tapi, ya itulah faktor lingkungan yang begitu hebatnya yang mempengaruhi anak-anak. Anak-anak mungkin di rumahnya, mohon maaf segi pendidikan agamanya kurang. Sehingga akhirnya gampang terprovokasi,” terangnya.
Eni juga tidak akan menyalahkan Guru. Ia sangat yakin, dari dulu hingga sekarang, guru mengharapkan semua anak-anaknya tugasnya untuk belajar. Bukan melakukan hal negatif maupun tawuran.
Adapun penyebab tawuran sendiri. Ia menduga anak-anak terpengaruh oleh media sosial dari gadget atau ponsel. Sehingga, mental anak-anak gampang terpengaruhi.
“Mungkin dari media sosial. Sehingga, anak sendiri kan mentalnya gampang banget terpengaruh, ya akhirnya gampang banget ikut-ikutan. Kemudian ajakan-ajakan yang membawa ke tidak baik, ya akhirnya terprovokasi juga,” terangnya.
Dengan kejadian ini. Ia berharap orangtua menjadi contoh dari anak-anak, dan agar lebih respek dalam memperhatikan anak.
“Orangtua yang memang care kepada anak-anaknya, memberikan pengawasan terus pada anak-anaknya supaya tidak terjerumus ke hal-hal yang kurang baik,” pungkasnya. (Ghofar)