MAJALENGKA, (FC).- Ratna Dewiyani merupakan perajin batik yang sudah cukup dikenal di Kabupaten Majalengka.
Sejak 2015 ia mulai merintis bisnis batik dengan nama khas ‘Batik Miranti’. Ratna sangat mencintai kota kelahirannya.
Oleh karena itu, ia membuat batik dengan motif yang hanya berasal dari Majalengka.
Ada tiga motif andalan Ratna demi mendongkrak popularitasnya sebagai perajin batik, yakni, motif angin, batu alam dan kopi.
Ratna mengaku, dari ketiga motif unggulan tersebut, masing-masing membawa ciri khas Majalengka.
“Panggilan hati membawa saya memperdalam bisnis batik ini. Lalu, saya juga sengaja mengenalkan Majalengka melalui batik dengan membuat motif-motif khas Majalengka. Seperti motif angin, kopi dan batu alam,” ujar Ratna saat ditemui di rumah produksi batik di Blok Gempungan, Kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan Majalengka, Sabtu (2/10).
Tujuannya mengenalkan Majalengka melalui batik sendiri, jelas dia, ingin memberitahu kepada masyarakat luas bahwa Majalengka yang sekarang bukanlah Majalengka yang dulu.
Dari 26 kecamatan yang ada di kota angin, Ratna mengambil motif batik dari setiap kecamatan tersebut.
“Jadi ketika saya mengawali bisnis batik, saya sudah memiliki 26 motif batik khas Majalengka. Nah, yang unggulannya, yaitu motif angin, batu alam dan kopi,” ucapnya.
Ratna sendiri memproduksi batik dengan dua cara, yaitu kain batik tulis dan batik cetak.
Ia memberdayakan belasan orang warga sekitar tempat tinggalnya untuk memproduksi produk batiknya.
Tidak selalu harus bekerja dari rumah produksi, Ratna menjelaskan para perajin di Batik Miranti ini dapat melakukan pekerjaannya dari rumah masing-masing.
“Saya ingin usaha saya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar saya. Sehingga mereka juga ikut berdaya, punya kemampuan membatik, dapat menafkahi keluarganya, dan turut berkontribusi melestarikan keunikan corak batik khas Majalengka,” jelas dia.
Meski di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, Ratna mengaku produksi batiknya tidak terlalu terpengaruh dan masih tetap bertahan.
Pasalnya, pandemi yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun ini, produksinya tetap berjalan.
Bahkan kata Ratna, omzet per tahunnya bisa mencapai Rp15 miliar.
“Saya mulai merintis tahun 2015 itu pendapatan bisa mencapai Rp1 miliar. Tapi dengan berjalannya waktu, dengan segala upaya yang kita lakukan, eksplor juga ke luar Majalengka, saya juga sudah banyak memiliki cabang, ya alhamdulillah sampai sekarang omzetnya di angka Rp15 miliar per tahun,” katanya.
Untuk harga sendiri, Ratna membanderol kain batik cat maupun tulisnya di angka bervariatif.
Bergantung kesulitan motif dan banyaknya warna yang digunakan.
“Paling murah itu Rp100 ribu, sedangkan mahal Rp700 ribu per potong kain batik,” pungkas Ratna. (Munadi)