MAJALENGKA, (FC).– Sisa bangunan pabrik gula peninggalan kolonial di Kabupaten Majalengka, hingga kini masih bisa ditemui. Pada masa kejayaannya, keberadaan pabrik-pabrik gula tersebut turut membesarkan dan mempengaruhi terhadap perkembangan kawasan strategis di wilayahnya masing-masing.
Berikut dilansir dari berbagai sumber tentang keberadaan jejak tiga bangunan pabrik gula peninggalan kolonial Belanda yang pernah berdiri di Majalengka :
1. Pabrik Gula Kadipaten.
Pabrik gula Kadipaten atau Suikerfabriek Kadhipaten didirikan pada tahun 1876 dan kemudian diperbesar pada tahun 1911. Di kawasan pabrik gula peninggalan kolonial ini memiliki pemukiman pegawai khusus bagi belanda yang biasa dikenal oleh warga pribumi dengan sebutan Loji.
Sebelumnya, peran utama kawasan ini berada di Karangsambung, terutama di penyebrangan Karangsambung yang sekarang titik lokasinya berada di Desa Karanganyar, pertemuan sungai Cimanuk dan Cilutung.
Penyeberangan ini tidak hanya menghubungkan jalan raya Deandels lama yakni rute Karangsambung-Ujungjaya-Conggeang-Sumedang, tetapi juga merupakan pelabuhan sungai Cimanuk untuk mengangkut hasil perkebunan kopi menuju Indramayu sebelum dikirim ke Batavia.
Untuk mengangkut tebu pabrik gula peninggalan kolonial ini menggunakan kereta lori setelah menggantikan pedati dari perkebunan tebu. Jalur kereta lori Kadipaten mencakup Sukawera di utara, Panyingkiran di selatan, Balida di timur dan Ujungjaya di barat.
Untuk menuju kawasan utara, bahkan sampai dibangun jembatan lori di atas sungai Cimanuk Pakubeureum dan konstruksinya pun masih berdiri hingga saat ini.
Pada masa itu, Pelabuhan Karangsambung digunakan sebagai jalur angkut. Hasil produksi pabrik gula peninggalan kolonial itu diangkut kapal melalui sungai Cimanuk.
Namun setelah dibangunnya jalur kereta api Cirebon-Kadipaten milik perusahaan swasta SCS, pengangkutan hasil pabrik beralih menggunakan kereta api menuju pelabuhan Cirebon.
Akses pengangkutan dengan kereta api dipermudah dengan adanya jalur cabang kereta api dari stasiun Kadipaten masuk ke dalam kompleks pabrik gula. Namun sayangnya, nasib pengoperasian pabrik gula ini harus terhenti karena dianggap tidak menguntungkan pada awal tahun 2000-an.
2. Pabrik Gula Jatiwangi:
Pabrik gula Jatiwangi atau Suikerfabriek Djatiwangi berada di wilayah Jatiwangi. Pabrik gula peninggalan kolonial ini pada saat ini menyisakan sisa-sisa bangunan dan cerobong asap. Sebagian lahannya kini menjadi kawasan komersil dnegan dibangun ruko-ruko. Pabrik Gula Jatiwangi didirikan pada tahun 1848 oleh R Twiss. Pabrik gula peninggalan kolonial ini tidak hanya dibangun pabriknya saja, akan tetapi dibangun pula kompleks pemukiman bagi para administrator dan teknisi pabrik gula yang mayoritas merupakan non pribumi atau warga Belanda pada saat itu.
Tak hanya menyediakan rumah administrator, akan tetapi juga gedung hiburan bagai para pegawai dan kepala pabrik gula. Gedung hiburan itu bahkan dilengkapi fasilitas lapangan tenis.
Untuk mengangkut tebu dari perkebunan tebu yang tersebar di sekitar Jatiwangi, pabrik gula menggunakan kereta lori, jaringan kereta lori tebu pabrik gula Jatiwangi ini mencakup hingga Ligung di utara dan Balinda di barat.
Pabrik gula peninggalan kolonial ini ditutup pada awal tahun 2000-an. Lahan pabrik ini sempat terlantar dan menjadi kawasan yang dianggap angker hingga sebagian lahannya diratakan untuk pembangunan kawasan komersil.
3. Pabrik Gula Parungjaya:
Pabrik gula peninggalan kolonial yang satu ini keberadaanya jarang diketahui. Lokasinya berada di Desa Parungjaya Kecamatan Leuwimunding. Pabrik ini didirikan pada tahun 1848 bersamaan dengan dibangunnya Pabrik Gula Jatiwangi oleh pengusaha yang sama yaitu R. Twiss.
Eksistensi pabrik gula ini jarang diketahui karena lebih dulu gulung tikar akibat resesi ekonomi dunia pada tahun 1930-an, jauh sebelum Indonesia merdeka. Walau demikian, pabrik gula ini sempat berkembang dan membangun jaringan pengangkutan tebu hingga wilayah panjalin di utara pabrik.
Selain itu, digunakannya fasilitas lori untuk mengangkut hasil pabrik gula peninggalan kolonial ini ke Stasiun KA Prapatan di jalur kereta Cirebon – Kadipaten milik SCS. Tak ada yang tersisa dari pabrik ini, namun hanya nampak bekas-bekas pondasi bangunannya saja. (Munadi).
Discussion about this post