KAB. CIREBON, (FC).- Tradisi leluhur warga Kampung Keputian Desa Kertasari Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon mulai tergeser oleh jaman. Tradisi hidup jauh dari kata mewah itu kini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan oleh warga setempat.
Pantauan FC, Kamis (18/3) seperti halnya di kediaman Maskani (60) rumahnya yang dulu masih menggunakan bambu bilik, sebagai dinding rumahnya kini sudah mulai menggunakan bahan GRC.
Atap rumahnya dulu masih menggunakan daun tebu kering kini mulai menggunakan asbes, tidak hanya itu lampu penerangan rumah yang dulu menggunakan lampu damar dengan minyak tanah, kini sudah mulai menggunakan lampu listrik.
Bahkan lantai yang dulu menggunakan tanah, kini sudah mulai menggunakan plesteran semen. Keramik pun tampak terpasang di teras rumah warga kampung keputian ini.
Sartina mengatakan perubahan rumahnya tersebut sudah berjalan sejak 2016, meski takut namun karena beberapa faktor salah satunya sulit mencari bahan daun tebu untuk atap rumahnya, karena jauh dan juga mahal harganya, terlebih harus diganti setiap tahun.
“Bilik juga harganya mahal kami sebagai warga yang kurang mampu agak sulit di jaman sekarang,” cerita Maskani sambil menunjukkan kondisi rumahnya di teras.
Maskani mengakui kekhawatirannya akan malapetaka bisa datang, sudah dirasakan bersama suami Sartino (70) yang kini tengah mengalami sakit sudah hampir dua bulan terakhir.
“Sakitnya puyeng badan tidak enak, bahkan saya dan suami kini tengah menjalani berobat jalan, sepertinya karena kami menentang tradisi leluhur dengan membangun rumah,” ujar Maskani.
Maskani menjelaskan hampir semua warga Kampung Keputian ini, sudah pindah rumah rata-rata warga pendatang yang mereka juga tidak menerapkan sistem tradisi leluhur.
Ia menjelaskan pernah ada orang seperti pengemis pakainnya datang ke rumah, sempat mengingatkan kenapa berani mengubah tradisi leluhur apakah tidak takut malapetaka.
Tidak hanya itu Maskani juga sempat menceritakan, dulu ngebangun bak mandi langsung mendapat malapetaka sakit, hingga akhirnya bak mandi itu kembali harus dibongkar untuk menyembuhkan penyakitnya.
Saat ditanya akan kembali ke tradisi leluhur, Maskani tidak bisa menjawab, karena jaman yang juga menjawab kebutuhan untuk mempertahankan tradisi leluhur.
Disalahgunakan
Maskani ditemani anak-anaknya sempat juga menceritakan kuncen pendopo di Kampung Keputian yang salah menggunakan uang pengunjung, yang seharusnya digunakan untuk kepentingan warga sekitar, malah digunakan secara pribadi untuk keluarganya.
Sehinnga dampaknya sekarang salah satu Wisata Kampung Keputihan itu, kondisinya sepi dari pengunjung.*** (Egi/Job/FC).
Discussion about this post