INDRAMAYU,(FC).- Masjid merupakan jantung dan nyawa bagi umat Islam, masjid juga tidak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga memiliki peran penting dalam sejarah pembangunan di suatu daerah.
Di Kabupaten Indramayu misalnya, terdapat masjid tua yang merupakan warisan peninggalan para wali dan menjadi bukti sejarah atas pembangunan di Kabupaten Indramayu.
Seperti Masjid Jami Baiturrahman, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Dermayu dan Masjid Penganten.
Masjid yang terletak di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang itu memang tak bisa dilepaskan dari sejarah masuk dan berkembangnya agama Islam di Kabupaten Indramayu.
Selain itu, masjid tersebut juga berkaitan langsung dengan sejarah berdirinya Kabupaten Indramayu.
Karenanya, tak heran jika masjid yang berdiri di kompleks situs bersejarah Makam Selawe itu dimasukkan dalam daftar masjid bersejarah dan ternama di Kabupaten Indramayu.
Daftar tersebut disusun oleh Tim Peneliti Data Masjid Bersejarah dan Ternama di Kabupaten Indramayu Tahun 2005.
Sementara itu, Nama Kabupaten Indramayu diambil dari seorang pendekar cantik (ayu) jelita yang bernama Endang Darma.
Sang pendekar yang tidak diketahui asalnya itu turut mengembangkan Indramayu (yang kala itu masih bernama pedukuhan Cimanuk), terutama di bidang pertanian.
Karena itu, untuk mengenang jasa sang pendekar, maka pendiri Indramayu, Raden Aria Wiralodra, memberi nama pedukuhan yang dipimpinnya ’Darma Ayu’.
Peresmian nama tersebut dilakukan pada 1 Muharam 948 H atau bertepatan dengan 7 Oktober 1527 M.
Selanjutnya, peristiwa tersebut diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Indramayu, dan nama Darma Ayu kemudian berubah menjadi Indramayu.
Seiring dengan diresmikannya Pemerintahan Indramayu yang dipimpin Raden Aria Wiralodra, saat itulah berdiri pula Masjid Dermayu. Kala itu, daerah di sekitar Masjid Dermayu menjadi pusat pemerintahan.
Namun dalam buku Direktori Masjid Bersejarah dan Ternama di Kabupaten Indramayu 2005, disebutkan bahwa Masjid Dermayu didirikan sekitar tahun 1510 M atau 931 H.
Masjid itu awalnya hanya berupa tempat berteduh yang juga sekaligus berfungsi sebagai tempat salat. Bangunan yang mulanya terbuat dari kayu dan bambu itu dibangun oleh Endang Darma dan dua pembantunya.
“Masjid ini menjadi masjid bersejarah karena memang terkait langsung dengan sejarah berdirinya Indramayu,’’ ujar Sekretaris Tim Peneliti Data Masjid Bersejarah dan Ternama di Kabupaten Indramayu, Dasuki Aly.
Masjid Dermayu yang asalnya berbahan kayu itu terus mengalami pemugaran yang dilakukan para penerus Raden Aria Wiralodra.
Tercatat, pemugaran pertama dilakukan pada 1775 M atau 1196 H. Pemugaran selanjutnya berturut-turut dilakukan pada 1813 M atau 1234 H, 1883 M atau 1304 H, 1927 M atau 1348 H, November 1956 M atau 1376 H, dan terakhir pada 6 Oktober 1986 atau 3 Safar 1407 oleh Pemkab Indramayu.
Keberadaan Masjid Dermayu tak bisa dilepaskan dari 25 buah makam keramat yang dikenal warga dengan nama Makam Selawe. Makam-makam tersebut terletak di samping masjid.
Pengurus Masjid Dermayu (kuncen), Sa’adun, menjelaskan, menurut keterangan dari sejumlah tokoh agama dan sesepuh di desa, Masjid Dermayu ini merupakan peninggalan para wali yang kala itu datang ke Indramayu.
“Konon katanya ada empat wali yang secara bergiliran membangun Masjid Dermayu tersebut,” ungkapnya saat ditemui FC, Kamis (15/4).
Kondisi itu, kata Sa’adun dibuktikan dengan peninggalan sejarah seperti bedug masjid dan mimbar masjid serta ukiran kaligrafi yang terbuat dari kayu terpampang di pengimaman masjid.
“Kondisi struktur bangunan masjid di dalam ini masih asli dan belum ada perubahan, semuanya mengunakan tiang penyanggah yang terbuat dari kayu,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, sumber mata air di masjid masih alami dari sumur tua yang terletak di samping masjid.
“Alhamdulillah, masjid ini selalu ramai dikunjungi, apalagi kalau bulan puasa dan Salat Jumat,” ungkapnya.
Selain solat berjamaah, kegiatan yang dilakukan di Masjid Dermayu berupa pengajian rutin setiap Ahad pagi.
Dalam pengajian yang terbuka untuk masyarakat umum itu, disampaikan pembahasan mengenai tafsir Al Quran.
“Setiap hari, di masjid diselenggarakan pengajian membaca Al Quran (tadarus). Tak hanya itu, disediakan pula makanan buka puasa (takjil) gratis bagi semua jamaah,” pungkasnya. (Agus)
Discussion about this post