MAJALENGKA, (FC), – Bencana pergerakan tanah paling parah pernah terjadi di Kabupaten Majalengka, tepatnya pada tahun 2013 silam.
Saat itu, diketahui ratusan rumah terdampak dan ratusan jiwa dari 672 Kepala Keluarga (KK) harus mengungsi.
Peristiwa tersebut terjadi di Dusun Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka.
Awak media mencoba menyambangi keberadaan dusun tersebut pada Senin (19/12) siang.
Kesan pertama saat menginjakkan kaki di dusun tersebut, yakni seperti kampung mati. Pasalnya, sejumlah bangunan yang amblas ke tanah, adalah pemandangan yang terlihat di dusun tersebut.
Namun, di beberapa sudut bangunan-bangunan itu, seperti tiang penyangga, terlihat masih cukup kokoh. Pemandangan tersebut bisa dilihat dari jalan raya.
Masih tampak sebuah masjid yang bagian atapnya terlihat masih kokoh. Namun, di beberapa bagian lantainya sudah retak-retak.
Ada juga kala itu bangunan dipakai untuk Balai Dusun yang masih tampak berdiri, meskipun sebagian telah amblas dan lapuk lantaran tidak terurus.
Selain bangunan yang masih bisa dikenali, beberapa bangunan juga hanya menyisakan reruntuhan. Di sekelilingnya, tampak rerumputan liar menjadi ‘pagar’ puing-puingnya.
Kendati bangunan-bangunan lapuk menjadi pemandangan di daerah itu, tetapi jalan raya di dusun itu cukup baik. Keterangan dari warga setempat, jalan itu dibangun pada tahun 2019 lalu.
Kepala Dusun Jotang, Desa Cimuncang, Endin Supardi mengatakan, bahwa ada sekitar 80 persen warga Dusun Cigintung saat itu yang harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Saat itu, sekitar 3 Minggu dalam sehari-harinya, petugas dari BPBD, Tagana, Satpol PP dan lainnya disibukkan dengan membawa warga untuk pergi dari dusun tersebut.
“Waktu itu ada 672 KK yang mengungsi dalam peristiwa pergerakan tanah itu. Lalu ada sekitar 400 rumah terdampak dan 102 hektar pertanian juga terdampak,” ujar Endin saat ditemui di rumahnya, Senin (19/12).
Menurutnya, warga saat itu mengungsi ke berbagai tempat. Baik ke luar desa maupun luar daerah.
“Warga kebanyakan mengungsi Ciamis, Cirebon, Tasik, ke luar desa seperti ke Kadipaten, Jagamulya, kalau gak salah sekitar sebanyak 70 KK. Alhamdulillah saat itu tidak ada korban jiwa, hanya terdampak material aja,” ucapnya.
Ia menceritakan, bahwa peristiwa kelam itu terjadi siang hari sekira pukul 14.00 WIB. Saat itu, sebuah bukit yang dinamakan taiuruk longsor hingga menyebabkan pergerakan tanah di dusun tersebut.
“Lalu selang 1 hari atau malam Selasa kalau gak salah ada keretakan di beberapa rumah warga. Bahkan saat itu ada tokoh masyarakat yang bilang mengumumkan lewat pengeras suara bahwa bakal ada pergerakan tanah. Benar saja sekitar pukul 15.00 WIB sore kalau gak salah tanggal 14 Maret 2013 setiap menitnya ada pergerakan tanah dengan jarak bervariasi sekitar 1 meter sampai belasan meter,” jelas dia.
Kini, Endin bersyukur, setelah peristiwa itu tak ada lagi kejadian pergerakan tanah di desanya.
Saat ini, seluruh warga Dusun Cigintung juga sudah memiliki tempat tinggal baru di Dusun Jotang yang masih berada di desa tersebut.
“Alhamdulillah, sekarang sebanyak 320 KK menempati Dusun Jotang yang mana sebagian besar eks warga Dusun Cigintung. Tempat tinggal mereka hasil bantuan dari pemerintah saat itu dengan menerima bantuan sebanyak Rp15 juta per KK,” katanya.(Munadi)
Discussion about this post