KOTA CIREBON, (FC).- Tempat Pengelolaan Sampah Akhir atau yang biasa disebut TPA Kopiluhur di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, terbakar pada 9 Agustus 2023 lalu.
Area yang terbakar mencapai 300- 400 meter, bahkan alat berat dikerahkan guna mengurai sampah. Api berhasil dipadamkan12 Agustus 2023.
Berselang satu bulan kemudian, pada 26 September 2023, TPA Kopiluhur kembali terbakar pada pukul 02.00 WIB. Saat itu, sebanyak 3 unit mobil pemadam kebakaran dan 2 alat berat dikerahkan untuk memadamkan api.
Walaupun demikian, menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon, dr. Yuni Darti, Kota Cirebon merupakan salah satu kota yang tercepat dalam menangani kebakaran tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
“Berdasarkan hasil tinjauan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, Kota Cirebon salah satu kota yang tercepat dalam menangani kebakaran TPA,” ujar Yuni, Selasa (21/11).
Atas hasil tersebut, kata Yuni, DLH Kota Cirebon mendapatkan bantuan dari kementerian dalam hal pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Rencananya program bantuan keberlanjutan itu akan menjadi pilot project yang ada dilakukan di TPA Kopiluhur Kota Cirebon.
“Untuk saat ini, kami belum mengetahui langkah selanjutnya seperti apa. Tapi program pengolahan sampah berkelanjutan ini akan dilakukan pada program tahun 2024 mendatang,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar meninjau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur di Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Sabtu (30/9/2023). TPA tersebut sudah beberapa kali dilanda kebakaran pada September 2023.
Menurut Siti, meski tiga kali dilanda kebakaran, kasus di TPA Kopi Luhur tidak sampai seperti kejadian di TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat. Penanganan kebakaran di TPA Kopi Luhur juga disebut tergolong cepat.
“Berbeda ya dari Sarimukti yang terlambat penanganannya, sehingga keburu gede. Di sini (TPA Kopi Luhur) apinya kecil-kecil. Walaupun dekat permukiman, apinya hanya di spot-spot, jadi lebih bisa ditangani,” kata Siti.
Selain ke TPA Kopi Luhur, Siti juga mengunjungi beberapa tempat pembuangan sampah di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kegiatan itu untuk mengkaji penyebab kebakaran di beberapa TPA dan mencari upaya antisipasinya.
“Kami ingin melihat persisnya kenapa ada api. Karena ada teorinya juga. Kalau ada gas metana, kemudian ada angin kencang, dan ada oksigen, itu pasti terbakar. Itu yang kita mau lihat, pelajari, dan kita tangani,” kata Siti.
Siti mengaku terus memantau perkembangan kejadian kebakaran di TPA maupun kebakaran hutan dan lahan di sejumlah lokasi. “Untuk kasus-kasus kebakaran hutan dan lahan, termasuk TPA ini, pada dasarnya yang paling penting itu dimonitor, ditangani, dan jangan dibiarkan meluas,” ujar Siti. (Agus)