KAB. CIREBON, (FC).- Belakangan ini kasus bullying di kalangan anak sekolah menengah pertama (SMP) di beberapa daerah marak terjadi. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon mengimbau kepada orangtua agar lebih memperhatikan anak-anaknya.
Kepala DPPKBP3A Kabupaten Cirebon, Hj Eni Suhaeni melalui Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Hj Saniri mengatakan, ia mengharapkan kepada orangtua untuk lebih memperhatikan dan meluangkan waktu untuk berkominikasi dengan anak-anaknya. Karena anak seusia menginjak remaja (SMP) ini sosok orangtua lebih senang dianggap teman oleh anak tersebut.
“Maka luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anak, agar mendeteksi permasalahan yang tengah dialami anak itu apa. Jadi lebih cepat kedeteksi. Kalau di sekolah saya mengharapkan ya bimbingan konseling ini bisa dimanfaatkan anak-anak, agar bisa mendengarkan masalah-masalah mereka,” kata Saniri di ruang kerjanya, Selasa (17/10).
Saat disinggung ada berapa kasus bullying di Kabupaten Cirebon. Ia menyatakan, semenjak dirinya menduduki Kabid PPA ini belum mendapatkan laporan bullying yang menjurus ke kekerasan seperti itu. “Saya belum mendapatkan laporan kasus bullying yang sampai mengarah ke kekerasan. Hanya bullying yang sifatnya ejek-ejekan saja,” ungkapnya.
Ia mengatakan, faktor kekerasan terjadi ditimbulkan oleh pengaruh lingkungan dan gadget. Pastunya secara psikologis terganggu. Kata dia, jika memerlukan pertolongan bisa datang ke UPTD P5A di kecamatan-kecamatan, kemudian ke tenaga lini lapangan (Motekar). “Atau bisa ke dinas langsung (PUSPAGA) maupun ke hotline service 081220041819,” pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Bupati Cirebon, Hj Wahyu Tjiptaningsih berharap kasus bullying tidak terjadi di Kabupaten Cirebon. Ia pun meminta kepada Dinas Pendidikan setempat untuk segera mengambil langkah-langkah, salah satunya memerintahkan kepada kepala sekolah untuk mengedukasi murid-muridnya. “Saya minta ada edukasi terhadap siswa. Minimalnya komunikasi antar siswa dan siswi terjalin baik. Saya yakin nantinya tidak ada kata bullying di Kabupaten Cirebon,” kata Wabup Ayu di ruang kerjanya, Senin (2/10).
Menurutnya, di Kabupaten Cirebon kemarin sempat ada beberapa kejadian yang serupa dengan bullying, akan tetapi ketika mengkonfirmasi ke tempat kejadian bahwa itu sebenarnya bukan bullying. “Kita inginkan kerjasama dengan Dinas Pendidikan untuk bisa lebih mengawasi siswanya agar bullying tidak terjadi di Kabupaten Cirebon. Karena dampaknya, terutama pemulihan psikis mental yang cukup lama, musti ada edukasi yang dilakukan dinas pendidikan,” kata Ayu sapaan akrabnya.
Selain edukasi yang harus dilakukan dinas pendidikan, ia mengharapkan peran dari orangtua juga perlu ditingkatkan. “Intinya peran kalangan. Di sekolah peran dari gurunya. Dan di rumah ada peran orangtua nya,” imbuhnya.
Ayu menyebutkan, faktor bullying terjadi selain karena dipengaruhi oleh pergaulan di lingkungan sekitar, faktor lainnya adalah gadget atau smartphone. “Makanya ini peran orangtua untuk membatasi penggunaan gadget dan perlu pendampingan. Hubungan emosional anak dengan orangtua sudah renggang karena faktor gadget,” katanya.
Ia mengharapkan, semua orangtua harus meluangkan waktu, agar emosional anak terkontrol dan dekat dengan orangtua nya. “Akar permasalahan semua ada pada gadget. Karena dunia dalam genggaman. Jadi orangtua harus bisa bijak dalam penggunaan gadget anak. Terutama dampingi penggunaan gadget anak,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, H Ronianto mangatakan, pihaknya telah membuat tim pencegahan dan penanggulangan keerasan (TPPK) untuk semua sekolah. Diharapkan dengan adanya TPPK mudah-mudahan Kabupaten Cirebon jangan sampai terjadi itu (kasus bullying,-red). “Kami juga mengimbau kepala sekolah untuk tetap memberikan pengawasan, terutama pada saat jam istirahat dan pulang sekolah. Kita memantau itu supaya kejadian yang viral tidak terjadi di Kabupaten Cirebon,” kata Ronianto. (Ghofar)
Discussion about this post