KAB. CIREBON, (FC).- Banyaknya sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama negeri (SMPN) di Kabupaten Cirebon yang kekurangan murid dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2023-2024, menjadi sorotan Komisi IV DPRD setempat.
Di tingkat SDN misalnya, ada sekolah yang hanya mendapatkan satu siswa. Dan banyak SDN yang peserta didiknya mendapatkan 20 siswa ke bawah dalam PPDB tahun ini. Di tingkat SMPN pun, 50 persen lebih sekolah tidak mencapai target dari kuota yang disediakan.
Hal itu, menurut Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon, karena mutu pendidikan di SD-SMP negeri kurang mumpuni. Selain itu karena minimnya inovasi, yang dilakukan pihak sekolah untuk mendapatkan perhatian masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.
“Selain itu, performa sekolah tidak enak dipandang. Kumuh. Mutu kualitas pendidikannya kurang,” kata Aan belum lama ini.
Untuk poin terakhir ini, kata politisi PDI Perjuangan dari daerah pemilihan (Dapil) 5 ini, pihaknya mendapatkan informasi menarik saat pihaknya melakukan kunjungan kerja ke salah satu sekolah di Kabupaten Cirebon.
“Dari kunjungan itu, saya mendapatkan informasi, kenapa tidak diminati, penyebabnya karena lulusan dari sekolah tersebut nakal-nakal,” kata Aan.
Itu artinya, lanjut dia, mutu pendidikannya tidak mumpuni. Tidak sesuai dengan keinginan dari wali murid. Sejatinya, pendidikan itu bisa menciptakan karakter anak didiknya.
Makanya, kata Aan, Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon harus menginventarisir sekolah yang tidak dalam kondisi optimal. Baik dari segi performanya, maupun hal lainnya. Tak kalah penting, lanjut Aan, Disdik pun harus bisa lebih selektif, ketika muncul permintaan pembuatan sekolah baru.
“Pada saat perencanaan, yang mau buat sekolah baru jangan berdekatan dengan sekolah yang sudah ada. Karena bisa jadi, faktor penyebab lainnya, karena terlalu banyaknya sekolah baru,” ungkap Aan.
Sementara itu, Kabid SD Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Ade Kandar menjelaskan, kalau dewan melihat faktor utama terjadinya kekurangan peserta didik karena berdasarkan performa sekolah, sebetulnya bukan penyebab utama.
“Kalau performa itu, diterjemahkan karena minimnya sarana prasarana sekolah, kami meyakini itu bukan penyebab utama. Paling berpengaruh karena banyaknya sekolah swasta,” kata Ade belum lama ini kepada media.
Tapi, pihaknya tidak menampik masih banyak sekolah yang membutuhkan perbaikan. Baik perbaikan total maupun sekadar rehab biasa. Dipastikan, di tahun 2023 ini, rehab untuk beberapa sekolah bisa digelar.
“Diharapkan nanti setelah rehab selesai, bisa menarik kepercayaan publik. Kalaupun terkait SDN Mulyasari yang hanya mendapatkan satu siswa, itu mah sudah dari dulu. Karena di sana tidak hanya SD saja. Ada tiga MI dan ada juga SDIT,” katanya. (Suhanan)
Discussion about this post