KOTA CIREBON, (FC).- Kasus pembunuhan Vina dan Eky pada 2016 yang kembali ramai diperbincangkan, bak bola salju semakin menambah teka-teki dan spekulasi di kalangan publik.
Alih-alih menjelaskan, berbagai spekulasi yang muncul justru membuat kasus ini semakin panjang dan membingungkan.
Ironisnya, muncul banyak akun konten kreator yang memuat informasi tentang kasus ini, yang justru menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
Konten-konten tersebut cenderung mengarah kepada berita bohong atau hoax, memperparah situasi yang sudah sensitif.
Ketua Ikatan Wartawan Kota Udang (Wardang), Muslimin, menyayangkan banyaknya konten bermuatan hoax.
“Hal ini tentu bisa membahayakan kondusifitas Kota Cirebon karena bisa memancing masyarakat untuk berbuat sesuatu yang melanggar hukum,” ungkapnya pada Rabu (5/6).
Sebagai contoh, pada 1 Juni lalu, banyak konten yang menyebutkan adanya demonstrasi besar-besaran di Kota Cirebon.
“Padahal, potongan gambar penjagaan polisi atau aksi demo itu berasal dari demo beberapa tahun yang lalu,” jelas Muslimin.
Muslimin juga mengkritik perilaku netizen yang cenderung asal membagikan informasi tanpa memeriksa kebenarannya.
“Asal share dan asal posting ini berbahaya. Banyak netizen mengambil gambar atau video dari akun yang tidak bisa dipercaya atau akun abal-abal, yang bisa menimbulkan fitnah,” tegasnya.
Ia berharap pihak kepolisian dapat mengusut tuntas kasus ini untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap penegakan hukum di Indonesia.
“Kami percaya polisi bisa menyelesaikan kasus ini dengan sikap profesional dan keterbukaan, sehingga publik kembali percaya pada penegakan hukum di negara ini,” tuturnya.
Muslimin juga menyarankan agar polisi memulai penyelidikan dari awal untuk menghindari spekulasi publik bahwa ada sesuatu yang ditutupi dalam kasus ini.
“Agar kasus ini tidak berlarut-larut, sebaiknya penyelidikannya dimulai dari awal dan dilakukan secara terbuka. Langkah ini setidaknya bisa memperbaiki citra polisi di mata masyarakat,” pungkasnya. (Agus)