KAB. CIREBON, (FC).- Sejak bulan Januari hingga Oktober tahun ini, warga Kabupaten Cirebon yang terjangkit kasus demam berdarah dengue (DBD) terdata mencapai 1684 kasus, dengan kasus meninggal dunia sebanyak 10 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr Hj Neneng Hasanah melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Sartono mengungkapkan, kasus tersebut meningkat dua kali lipat bila dibandingkan pada tahun lalu (2021,-red).
“Dalam setahun (tahun lalu,-red) kasus DBD ditemukan sebanyak 866. Sedangkan pada tahun 2022 ini, sampai dengan bulan Oktober saja telah mencapai 1684 kasus dan meninggal 10 kasus,” ungkapnya, kemarin.
Sartono menambahkan, meskipun kasus banyak, angka kematian bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya itu lebih rendah secara presentasi.
“Jumlah kematian akibat DBD memang ada 10 orang di tahun ini atau 0,6 persen, tapi secara presentasi masih di lebih rendah bila dibandingkan tahun lalu yang mencapai 0,8 persen,” terangnya.
Sebaran kasus DBD di Kabupaten Cirebon, lanjut Sartono, sudah terdeteksi di beberapa daerah, terutama yang berdekatan dengan kota, dan juga kawasan industri, seperti di Kecamatan Plumbon, Kedawung dan Plered.
Menurutnya, DBD dapat dicegah dengan gerakan 3M plus yaitu menguras, menutup, mengubur barang bekas dan mendaur ulang, serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Metode itu, kata dia, yang paling tepat untuk mengendalikan dan mencegah nyamuk berkembang biak. Pengasapan atau fogging saat ini dinilai Sartono, sudah kurang baik, karena ketika menggunakan bahan kimia, maka nyamuk dapat beradaptasi dan kebal terhadap pengasapan.
“Yang terpenting itu menerapkan gerakan 3M plus dan PSN, agar nyamuk tidak berkembang biak. Kami memang sudah mengurangi pengasapan, karena kurang efektif,” pungkasnya. (Ghofar)
Discussion about this post