KUNINGAN, (FC).- Pengendalian inflasi di tahun 2024 masih dihadapkan dengan sejumlah tantangan, utamanya dalam pengendalian inflasi pangan.
Salah satu komoditas yang menjadi perhatian saat ini adalah komoditas beras, yang sejak awal tahun 2024 mengalami kenaikan sebesar 7,27% (mtm).
Dengan level harga beras medium dikisaran Rp. 14.000 -14.500 per kg dan beras premium dikisaran Rp15.500-16.000 per kg.
Permasalahan komoditas utama penyumbang inflasi seperti beras tersebut seringkali dipengaruhi oleh faktor struktural dan seasonal iklim ekstrem pertanian, yang pada akhirnya berpengaruh pada ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga.
Untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan koordinasi dari pemangku kebijakan. Terlebih jelang Ramadhan dan HBKN Idul Fitri tahun 2024, Bank Indonesia melakukan pendalaman isu melalui FGD Strategi Pengendalian Inflasi Beras di Wilayah Ciayumajakuning, bertempat di Aula Linggarjati Kantor Cabang BI Cirebon.
Kepala Perwakilan BI Kota Cirebon Anton Pitono mengatakan, tujuan dilaksanakan FGD tersebut untuk mengidentifikasi tantangan struktural dan seasonal pada komoditas pangan tertentu di masing-masing wilayah kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Ciayumajakuning, serta untuk merumuskan strategi pengendalian inflasi secara terukur untuk menahan laju inflasi terutama menjelang Ramadhan dan HBKN Idul Fitri.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan Wahyu Hidayah, yang hadir sebagai narasumber menuturkan dari sisi pasokan dan ketersediaan beras, Kabupaten Kuningan sejak bulan Januari sudah ada produksi dari panen padi.
Wahyu menjelaskan luas panen padi Kabupaten Kuningan pada bulan Januari 1205 Ha, bulan Februari 1.577 ha, bulan Maret 4.513 ha, dan untuk bulan April 12.393 ha.
Walaupun panen raya terjadi pada bulan April setelah lebaran, namun produksi beras dari luas panen bulan Februari dan Maret 2024 masih tetap surplus memenuhi kebutuhan beras di Kabupaten Kuningan. Jika dihitung secara matematis Produksi = Luas Tanam x Provitas. Konsumsi = Jumlah Penduduk x Konsumsi perkapita. Maka produksi selama bulan Februari dan Maret 2024, produksi padi/beras masih surplus, dengan syarat produksi tidak keluar atau dijual keluar Kabupaten Kuningan,” jelas Wahyu
Untuk strategi/upaya pengendalian inflasi beras di Kabupaten Kuningan, Wahyu mengaku dinas yang dia pimpin bekerja sama dengan Perum Bulog Cirebon melakukan kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) rutin setiap hari Minggu di Car Free Day.
Beras sebanyak 46,5 ton telah tersalurkan kepada masyarakat. Kemudian juga melakukan monitoring penyaluran bantuan pangan, 2.465,14 ton beras dari cadangan beras pemerintah telah tersalurkan pada setiap Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Strategi lain yang akan kami lakukan yaitu dengan program Padaringan (Penjualan bahan pangan untuk pengendalian inflasi di Kabupaten Kuningan), kemudian penyaluran beras SPHP oleh Bulog ke kios-kios di Pasar Tradisional dan Modern, kemudian pemberian bantuan modal bagi lumbung pangan masyarakat, ungkap Wahyu.
Dan tak hanya upaya pengendalian inflasi beras saja yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kuningan, lanjut Wahyu, untuk pangan lain atau kebutuhan pokok sehari-hari lainnya pun kami melakukan upaya-upaya penanganannya yaitu dengan GPM dan Pasar Tani Petani Milenial.
Kemudian pemberdayaan KWT melalui program P2L yang telah terbukti sebagai pahlawan pengendali inflasi di tahun-tahun sebelumnya. Program tersebut sampai saat ini masih dilakukan dengan pengembangan yang lebih baik lagi, kata Wahyu. (Ali)