KOTA CIREBON, (FC).- Dalam upaya menjaga lingkungan dari pencemaran limbah minyak jelantah (minyak goreng bekas). Pegiat lingkungan dari Club Ekspor mengajak ibu-ibu kader PKK di RW 04 Giri Asih Kelurahan Larangan Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, untuk mengolah limbah rumah tangga tersebut menjadi produk-produk bermanfaat dan bernilai ekonomis.
Kegiatan tersebut digelar selama dua hari Sabtu dan Minggu, 4 – 5 November 2023, dengan diikuti puluhan Ibu-ibu PKK RW 04 Giri Asih Kelurahan Larangan di Aula Baperkam setempat.
Founder Club Ekspor, Salman mengatakan, saat ini masih banyak masyarakat yang membuang limbah minyak jelantah ke alam. Padahal 1 liter minyak jelantah bisa mencemari 1.000 liter air dalam tanah.
“Kondisi ini sangat membahayakan bagi masyarakat yang memiliki sumur tanah,” kata Salman Sabtu kemarin.
Lebih lanjut, pria alumni SMAN 9 Cirebon menuturkan, meskipun kotor, minyak jelantah ternyata merupakan sumber energi baru yang memiliki nilai ekonomis. Tidak heran, permintaan dari luar negeri komoditi ekspor minyak jelantah tersebut tinggi.
Pasalnya, limbah itu dibutuhkan untuk bahan bakar kendaraan roda dua, roda empat, hingga pesawat terbang.
“Pihak luar negeri itu aneh. Komunitas Green Peace itu melarang adanya penggundulan hutan. Tapi di Eropa permintaan minyak jelantah ini sangat tinggi,” tuturnya.
Masih kata Salman, potensi limbah minyak jelantah di Indonesia ini sangat besar, karena mayoritas masyarakat mengkonsumsi makanan yang digoreng.
“Minyak jelantah itu bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomis seperti sabun batangan, sabun cair, lilin aroma terapi, dan bahan bakar bio diesel. Beberapa daerah sudah ada yang bisa mengolahnya. Bahkan, perusahaan-perusahaan besar pun bisa melirik apabila terdapat satu daerah sebagai pusat pengolahan bio diesel,” jelasnya.
Menurutnya, bio diesel tersebut sangat bermanfaat untuk kalangan nelayan di pesisir sebagai bahan bakar mesin perahu. Selama ini nelayan yang menggunakan solar, bisa diganti dengan bio diesel.
“Agar mudah mengumpulkan minyak jelantah dari warga, rencananya akan dibuatkan bank sampah yang dikelola oleh warga sendiri,” ungkapnya.
Sementara, Ketua PKK RW 04 Giri Asih, Dian Lestiawati mengapresiasi kegiatan ini sebagai upaya pemberdayaan kesejahteraan keluarga, khususnya ibu-ibu rumah tangga untuk menambah penghasilan.
Menurutnya, pelatihan yang dilakukan ini sangat mudah dipelajari, hanya saja membutuhkan ketekunan dan kehati-hatian dalam prosesnya, karena membutuhkan takaran penggunaan zat kimia.
“Hal ini sangat menarik. Prosesnya mudah, bahan-bahan yang dibutuhkan juga mudah dicari,” kata Dian.
Meski belum seluruhnya kader PKK yang hadir, namun antusias ibu-ibu sangat luar biasa. Tahap demi tahap proses pengolahan minyak jelantah diikuti, hingga menghasilkan produk baru.
Dian berharap, kegiatan ini akan rutin dilaksanakan, agar para kader PKK di RW 04 Giri Asih ini bisa lebih memahami ilmu yang diajarkan. Selain itu, bahan dasar minyak jelantah mudah ditemukan di setiap rumah warga. Sehingga, produk yang akan dihasilkan bisa lebih banyak.
“Melalui pelatihan ini ibu-ibu bisa membuat produk untuk menambah penghasilan keluarganya,” pungkasnya. (Agus)