KAB. CIREBON, (FC).- Tinggal di rumah yang sudah hampir ambruk dan mengharap bantuan pemerintah tak kunjung datang. Sail (65) warga RT/21 RW/05 Dusun 02 Desa Panggangsari Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon hanya bisa pasrah.
Puluhan tahun, Sail tinggal di rumah tersebut sebatang kara, dan bekerja serabutan. Terkadang menarik becak dan sewaktu-waktu memanfaatkan kebun milik PT KAI dengan menanam palawija.
“Hanya bisa untuk makan saja,” ucap Sail saat ditemui di rumahnya, Rabu (23/11).
Kondisi rumah Sail, terlihat sudah berusia puluhan tahun dan mengalami kerapuhan diberbagai sudut bangunan, tak ada aliran listrik di rumah tersebut, Sail hanya mengandalkan lilin saat malam tiba.
Sementara untuk dapur hanya memggunakan dapur kayu, Sail hanya bisa pasrah dan hanya berusaha menutup tembok yang ambruk menggunakan terpal agar tidak tersemprot air saat hujan turun.
“Waktu dulu saya masih muda dan kerja di Jakarta, rumah ini kadang kita perbaiki, tapi kalau sekarang untuk makan saja susah, jadi tidak bisa memikirkan untuk memperbaiki rumah,”ungkapnya.
Ketika ditanya apa pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah terkait kondisi rumahnya, Sail mengungkapkan bahwa yang menjadi kendala dirinya mendapatkan bantuan karena tidak memiliki KTP elektronik.
Dikatakan Sail, dulu pernah ada orang yang berbaik hati yakni majikannya dengan membiayai pembuatan KTP dan kartu keluarga dengan biaya Rp750 ribu. Waktu itu masih ada istri sehingga waktu itu dibiayai sebesar Rp1,5 juta, akan tetapi seiring waktu yang mengharuskan warga memiliki KTP elektronik, dirinya tidak bisa mengganti, sehingga apapun bantuan sosial dari pemerintah tidak bisa didapat karena belum melakukan pembaharuan KTP ke E-KTP.
“Dulu sempat dapat bantuan, tapi sekarang sudah tidak dapat lagi, alasannya karena harus ganti KTP elektronik, saya tidak ada biaya, kalau kartu JKN dan kartu PKH masih ada, tapi tidak dapat bantuan,”ungkap Sail.
Meski kondisi rumahnya mengalami kerusakan dari bangunan paling depan hingga belakang dan sudah tidak layak huni, lagi-lagi persoalan belum melakukan pembaharuan KTP menjadi E-KTP membuat namanya tidak bisa diajukan untuk mendapatkan Program Rutilahu.
Sail berharap, pemerintah jangan mempersulit warganya hanya karena KTP, padahal KTP miliknya juga adalah KTP resmi, sehingga semua bantuan yang sebenarnya didapat, nama dirinya harus dihapus semua dari daftar penerima bantuan.
“Kondisi rumah saya udah mau ambruk, tapi saya tidak bisa memperbaiki, kalau memang pemerintah mau membantu, saya berharap bisa membantu memperbaiki rumah saya,”harapnya.
Jika malam hari kemudian turun hujan Sail mengaku tidak bisa tidur, begitupun dengan kondisi bangunan dan tiang-tiang penyangganya yang sudah rapuh membuat dirinya was-was ketika ada hujan besar yang disertai angin dikhawatirkan bisa membuat rumahnya ambruk.
“Makanya hanya bisa mengharap rumah saya mendapatkan bantuan untuk diperbaiki agar tidak khawatir lagi, “pintanya. (Nawawi)
Discussion about this post