KOTA MATARAM, (FC).- Kabupaten Indaramayu kaya akan sumber daya pangan. Dari luas wilayah 2.000 km2, Indramayu memiliki luas panen padi 201.000 hektar. Dari luasan ini, diperoleh produksi padi mencapai 1,4 juta ton pada tahun 2022.
Sementara, kebutuhan beras masyarakat Indramayu hanya 400 ribu ton, sehingga mengalami surplus yang melimpah.
Capaian 1,4 juta ton ini menempatkan Indramayu sebagai produsen beras tertinggi nasional.
“Tahun 2023 kita ditarget menjadi 1,8 juta ton,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Indramayu, Aep Surahman saat kunjungan studi banding TPID Ciayumajakuning ke TPID Nusa Tenggara Barat, Selasa (12/9).
Indramayu juga memiliki produksi ikan terbesar se-Jawa Barat yakni mencapai 45 ribu ton/tahun.
Selain itu, Indramayu dikenal sebagai salah satu daerah produksi migas terbesar di Indonesia. “Produksi migas kita lengkap, dari mulai eksplorasi, produksi, hingga pemasaran semua di Indramayu,” jelas Aep
Walau kaya akan sumber daya pangan dan migas, namun Indramayu masuk dalam daerah stunting dan kemiskinan ekstrem.
Hal tersebut membuat dirinya heran. Bahkan, kata Aep, pemerintah pusat dan daerah-daerah lain pun tidak percaya Indramayu terkena kemiskinan ekstrem.
Sekda Aep lalu mengungkap penyebabnya. Salah satunya karena produksi pertanian dan industri-industri di Indramayu penyerapan tenaga kerjanya banyak dari luar daerah.
“Itulah yang menjadikan miskin ekstrem,” jelas Sekda Aep.
Ia berharap, adanya rencana pengembangan Kawasan Rebana Metropolitan memberikan dampak ekonomi positif bagi Indramayu.
Aep menceritakan, saat ada Tol Cipali, Indramayu terkena dampak buruk bagi perekonomian daerah.
Perputaran kegiatan usaha perekomian di jalur Pantura Indramayu lumpuh.
Daya beli menurun akibat pergeseran arus transportasi dari jalur Pantura ke Tol Cipali.
Dengan adanya Pelabuhan Patimban dan rencana pengembangan Kawasam Rebana, Pemkab Indramayu melakukan penyesuaian perubahan tata ruang wilayah.
“Kami merubah RTRW, yang tadinya untuk industri hanya 3.000 hektar, sekarang kita mempersiapkan jadi 20.000 hektar, karena kita memang untuk tadi, mempersiapkan tenaga kerja,” ujar Sekda
Dijelaskan Aep, untuk penyerapam tenaga kerja pertanian, warga Indramayu rata-rata sebagai buruh tani, bukan sebagai pemilik lahan.
Dalam kesempatan acara pertemuan TPID itu, Sekda Indramayu juga memaparkan tentang program Puspa (Pusat Pangan) sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi daerah
“Program Puspa ini sebagai upaya peningkatan oangan masyarakat yang ada di tiap-tiap desa dengan komoditinya cabe, tomat dan komoditi lainnya,” ungkap Aep. (Andriyana)
Discussion about this post