KAB. CIREBON, (FC).- Harga daging sapi impor melonjak hingga Rp130.000 membuat penjual daging terinjak, begitulah yang dirasakan Ahmad Saroji sebagai salah satu penjual daging sapi di Pasar Celancang, Desa Purwawinangum, Kecamatan Suranenggala hingga hari ini, Kamis (21/1).
Disebutkan Ahmad, berbeda dengan lokal yang bertahan diangka Rp120.000/kg, daging sapi impor alami kenaikan kerugian jelas terlihat sebab, ia tak dapat menaikkam harga jual dagingnya kepada konsumen. Sebab, apabila dilakukan hal tersebut, akan berakibat sepinya pembeli.
“Sekarang saja sudah sepi, bagaimana kalau naik, karena kan kemampuan pasarnya segitu, jadi memang ga akan bisa naik,” imbuh Ahmad.
Ahmad sendiri diberitahu oleh penjagal langganannya yang berlokasi di Tengahtani, bahwa hal ini dipicu oleh lockdown di beberapa negara, yang menyebabkan kelangkaan pasokan daging impor, dan berakibat pada kenaikan harga penjualan daging di pusat.
Sehingga, mau tidak mau tetap berjualan dengan harus bertahan pada harga daging impor yang melambung. Karena memang, daging impor lebih banyak diminati konsumen yang rata-rata merupakan penjual baso, sate, atau rumah makan, dan yang lainnya.
“Ya, tetap masyarakat kebanyakan suka daging impor dan banyaknya yang nyari daging ini dari pada lokal, jadi tetap harus menyediakan walau memang pada akhirnya pembeli sekarang sedang sepi,” ujarnya.
Sepinya ini, imbuh Ahmad, memang karena banyak penjual keliling seperti baso, dan juga rumah makan yang memilih tutup sementara atau rehat, karena adanya PPKM.
“Sehari minimal ½ kwintal sekarang cuma 30 kilogram, ditambah naik harga,” katanya.
Untuk kerugian yang dirasakan sendiri Ahmad tak dapat menyebutkannya sebab, usaha ini memang milik ibunya yang sedang tak sehat.
“Yang jelas, jika dalam perkilo pembelian daging pada penjagal kenaikannya mencapai belasan ribu, sudah jelas dalam 1 kwintal kerugian yang diperoleh mencapai puluhan ribu,” ucapnya. (Sarrah)
Discussion about this post