MAJALENGKA, (FC).- Aksi vandalisme di Kabupaten Majalengka, semakin merajalela, bukan saja di tempat tempat umum, aksi tangan jahil juga menyasar lokasi wisata sejarah Goa Jepang.
Sebelumnya, publik menyoroti aksi vandalisme yang diduga dilakukan oleh sekelompok pelajar yang mencorat-coret cagar budaya dinding relief sejarah Talaga Manggung yang berada di kawasan Alun-alun Talaga, Kecamatan Talaga. Aksi itu pun bahkan sampai membuat pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Majalengka turun langsung serta Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspika) Talaga bergotong menghapus coretan yang mengurangi keindahan relief tersebut.
Di Goa Jepang, coretan hampir ditemukan di seluruh dinding dalam goa.Di sana, coretan berupa nama komunitas, nama orang, nama identitas suporter bahkan lambang tim sepak bola di liga 1 Indonesia juga ada. Bahkan, lambang tim sepakbola tersebut berukuran besar hampir menutup seluruh dinding. Kondisi seperti itu tentu kembali disayangkan oleh pegiat sejarah di kota angin.
Ketua Group Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana mengatakan, sebelum ramai vandalisme di Talaga, wisata Goa Jepang yang berada di pusat kota atau tepatnya di sebelah markas Kodim 0617 itu sudah menjadi sasaran aksi corat-coret. Padahal belum lama ini, pihaknya bekerjasama dengan komunitas budaya dan Kodim itu sendiri pernah melakukan aksi bersih-bersih.
Namun, vandalisme tampaknya belum ingin menjauh dari goa yang sudah ada sejak 1923 tahun yang lalu itu.
“Sudah lama, pernah diadakan acara bersih-bersih kerjasama dengan komunitas Kirik Nguyuh dan Kodim tapi begitu lagi sekarang mah makin penuh (coretannya),” ujar Nana kepada wartawan, Sabtu (29/7).
Adanya aksi tak bertanggung jawab itu membuat kondisi wisata yang seharusnya dijaga dan dipelihara tampak kotor. Pembersihan dinding yang telah dicorat-coret itu, kata Nana, tak semudah yang dibayangkan.
“Dampaknya bangunan bersejarah jadi kotor harus dibersihkan, kalau dibersihkan berarti lapisan asli temboknya terganggu bahkan hilang,” ucapnya.
Sebagai pegiat sejarah pun, pihaknya mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Naro, sapaan akrabnya mengharapkan, semua bangunan yang sekiranya harus dilestarikan diberi plang peringatan atau aturan hukum.
“Kami selaku pecinta bangunan heritage Majalengka sangat prihatin akan maraknya vandalisme ini.
“Kami mengharapkan untuk segera diamankan bangunan heritage ini dengan membuat plang peringatan atau aturan hukum bagi yang merusak atau aksi vandalisme,” jelas dia.
Goa Jepang sendiri dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1923 silam. Saat itu, goa dibangun untuk memata-matai warga Majalengka.
Namun, tentara Jepang menaikkan fungsinya kala mereka berkuasa di daerah berjuluk Kota Angin itu. Goa Jepang saat itu diungsikan juga untuk menjadi rumah tahanan bagi para pribumi yang dianggap oleh mereka melawan kebijakan jelang. Ini sebabnya tempat tersebut kemudian diakrabi dengan sebutan Goa Jepang. (Munadi)
Discussion about this post