INDRAMAYU, (FC).- Dinas Perpustakaan dan Arsip (DPA) Kabupaten Indramayu menggelar Gebyar Literasi Disabilitas dengan tema “Disabilitas Berkarya Tanpa Batas Berliterasi dan Berprestasi Menuju Indramayu Bermartabat”, di Halaman Kantor DPA Kabupaten Indramayu, Kamis (15/12).
Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Ahmad Budiharto, menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan Gebyar Literasi Disabilitas.
“Saya sangat mengapresiasi dan juga saya ucapkan terimakasih untuk semua pihak terkait yang telah berpartisipasi sehingga kegiatan ini dapat terlaksana,” ucapnya.
Budiharto mengatakan, Peringatan Hari Disabilitas Internasional yang bertema “Not All Disabilities Are Visible” pada dasarnya dapat dimaknai sebagai bentuk pengakuan akan eksistensi disabilitas dan pemenuhan komitmen segenap bangsa untuk membangun kepedulian terhadap para penyandang disabilitas.
Tak hanya itu, momentum tersebut juga bertujuan untuk menggugah kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya upaya pemajuan, perlindungan serta pemenuhan hak penyandang disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan.
“Penting untuk menyebar pesan yang jelas kepada masyarakat, bahwa semua ragam disabilitas harus dapat di akomodir pada pihak terkait tanpa terkecuali, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat secara fisik. Dimana jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Indramayu sejumlah 1157 orang, sedangkan yang sudah mendapat layanan baru 550 orang, ini berarti masih banyak penyandang disabilitas yang perlu mendapatkan pelayanan pendidikan,” paparnya.
Budiharto berharap Peringatan Hari Disabilitas Internasional tahun 2022 tingkat Kabupaten Indramayu ini dapat dijadikan momentum untuk meyakini, bahwa penyandang disabilitas merupakan salah satu potensi kekuatan, dan tentunya menuntun komponen bangsa untuk bersama-sama melakukan keberpihakan terhadap penyandang disabilitas.
“Saya mengajak organisasi masyarakat sipil, institusi akademi, sektor swasta, dan semua pihak yang terkait untuk ikut mensukseskan dan membuka akses pendidikan penyandang disabilitas agar kualitas hidup mereka meningkat serta menjalin kemitraan bagi penyandang disabilitas dalam merencanakan kegiatan yang manfaatnya ke depan dapat dirasakan oleh seluruh penyandang disabilitas dan support sistemnya,” ajaknya.
DPA Kabupaten Indramayu memiliki peran guna bertugas untuk mencerdaskan masyarakat melalui pengelolaan perpustakaan, pengembangan perpustakaan, pembudayaan kegemaran membaca dan pelestarian bahan Pustaka untuk mewujudkan visi Indramayu Bermartabat (Bersih, Religius, Maju, Adil, Makmur dan Hebat).
“Hadirnya teknologi informasi dan komunikasi selalu dipandang menjadi kunci perubahan dalam segala bidang, tak terkecuali dengan perpustakaan. Di era Teknologi Informasi ini, Perpustakaan Umum Kabupaten Indramayu hadir sebagai penyedia layanan yang membuka akses masyarakat pada pengetahuan,” ujarnya.
Menurutnya, Program Transformasi Perpustakaan berbasis inklusi sosial mendorong perpustakaan untuk menjadi pusat belajar dan berkegiatan yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dipaparkannya, terkait implementasi pelaksanaan transformasi perpustakaan berbasis inklusif sosial ini, maka perpustakaan umum Indramayu melaksanakan kegiatan kelas pelibatan masyarakat diantaranya kelas Tari Topeng, kelas Bahasa inggris, kelas bahasa Jepang, kelas TIK, kelas Basic Programing dan kelas menulis.
DPA Kabupaten Indramayu memiliki kewajiban untuk memberikan layanan inklusif, yang tidak membeda-bedakan siapapun dengan atribut yang melekat dari pada dirinya seperti usia, jenis kelamin, agama, suku, ras, bahasa dll. Kini, perpustakaan umum Indramayu menjadi tempat yang menarik bagi kaum inklusi sosial yaitu teman-teman Disabilitas.
Sehingga diharapkan, melalui peringatan Hari Disabilitas Internasional Tahun 2022 tingkat Kabupaten Indramayu dapat dijadikan sebagai momentum untuk menegaskan kepedulian dan memperkuat solidaritas dalam meletakan dasar yang kuat bagi perlindungan penyandang disabilitas, yaitu dari paradigma karitatif dan charity based menjadi paradigma yang human right based. (Agus Sugianto)
Discussion about this post