KUNINGAN, (FC).- Diterpa isu sebagai oknum penghilangan sapi pokir atau aspirasi, Ketua Partai Gerindra Kuningan angkat bicara.
Dede Ismail yang sudah terjun di partai besutan Prabowo tersebut selama 14 tahun lamanya menyampaikan, bahwa beberapa hari kebelakang dirinya sedang disibukan menghadapi kejuaraan catur dan babak kualifikasi Porda, karena dirinya juga menjabat sebagai ketua Cabor Catur di Kuningan, yang awalnya enggan memberi komentar apapun, tapi karena ada salah satu media menyebutkan namanya, tentu dia harus angkat bicara agar tidak menjadi bola liar.
Menurut Deis panggilan akrab Dede Ismail, pertama proses pokir ini tidak instan, satu tahun melalui RKPD online, hasil reses, kemudian ditulis di staf fraksi dan diparipurnakan, hasil resesnya seperti apa, salah satunya adalah nomenklatur penggemukan sapi.
“Dan hal menyangkut katanya sapi bodong dan sebagainya, perlu saya jelaskan, kelompok ini dibentuk atas usulan yang di SK kan oleh kepala desa. Setelah keluar, baru diajukan proposal ke dinas, kemudian di verifikasi dahulu oleh PPK. Kemudian dikembalikan lagi ke dinas, yang kemudian dari dinas juga melakukan verifikasi ulang. Fiktif atau tidak, ada survey kandang, hingga survey sapi nya untuk kesehatan dan termasuk survey pembungan limbah dan lain sebagainya termasuk keamanan dari kandang tersebut,” jelas Deis, Kamis (16/9).
Setelah dianggap memenuhi persyaratan, lanjut Deis, baru dari dinas mulai memproses pengadaan dan uang dilaksanakan di dinas, bukan oleh anggota dewan yang diberikan uangnya dan dibelanjakan sendiri. Tapi kalau memang ada muatan politik kental seperti ini jadinya.
“Tapi bagi saya ini adalah hal wajar, saya sikapi arif dan bijak, tidak terpancing emosi. Semua perjalanan ini saya nikmati saja. Yang jelas saya sampaikan ke kelompok kalau dijual harus ada lagi barangnya (sapinya,-red),” ujar Deis.
Bahkan Deis sempat melakukan survey singkat paska isu berkembang, dan ternyata dikandang memang tidak ada masalah. “Kan kemarin habis lebaran dijual, wajar.Tapi dia sudah menekankan untuk mengadakan kembali. Kan mereka sebelumnya mengadakan untuk pakan dan lainnya, tentu mereka harus bisa mencari untung,” kata Deis
“Hal yang berkembang sapi datang terus di ambil di jual, itu tidak realita, karena sapi datang itu harus kantina terlebih dahulu selama 3 minggu, lalu di suntik, kemudian pengontrolan dari UPT 2 bulan berikutnya belum lagi pemeriksaan dari BPK. Kan tidak sekonyong – konyong bisa dijual, berbeda dengan pembiakan induknya tidak boleh hilang, yang berhak adalah anaknya yang bisa diambil oleh kelompok,” sambung Deis.
Sekali lagi Deis menyebutkan, hal isu miring yang menimpa dirinya dan partainya, dipolitik ini adalah hal yang lumrah, dirinya dicibir, dirinya difitnah, dia hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi yang melakukan hal tersebut. “Ini kan biasa, orang mau tinggi terpaan anginya besar, tidak semudah itu. Proses politik itu kan panjang,” kata Deis.
Penutup, Deis menyebutkan, bahwa dirinya juga sudah menyarankan komisi II untuk mengundang dinas terkait, karena hal tersebut wewenang dinas, nanti biar dinas turun survey ke kelompok untuk memastikan lebih lanjut. (Ali)