KAB. CIREBON, (FC).- Sungai Cisanggarung yang berada di sepanjang perumahan warga dan jalan raya kondisinya sangat mengkhawatirkan.
Seperti di Desa Kalibuntu, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, gerusan sungai mengancam terputusnya jalan provinsi Ciledug-Losari.
Beberapa penanganan darurat telah dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung (Cimancis).
Namun berulangkali jebol, hingga akhirnya BBWS Cimancis menggelontorkan anggaran untuk penanganan tebing sungai Cisanggarung secara permanen dengan membangun retaining wall atau dinding penahan tanah.
Humas PT Bumi Karsa selalu pelaksana pembangunan retaining wall, Arif menjelaskan, pekerjaan penanganan tanggul Cisanggarung ini dilaksanakan selama 2 tahun dengan target akhir tahun 2025.
Bentuk pekerjaan yang dilakukan BBWS Cimancis untuk penanganan tanggul sungai Cisanggarung ini akan dilakukan dengan pembangunan tiang pancang serta pembangunan retaining wall.
Dijelaskannya, retaining wall adalah konstruksi bangunan berupa dinding yang digunakan untuk menstabilkan tanah miring agar tidak bergeser atau longsor.
Struktur dari dinding ini dibentuk dengan sangat solid agar tanah dapat ditahan dengan optimal. Tanah yang ditahan ini biasanya memiliki pergerakan alami yang sukar dibendung.
Sederhananya, retaining wall adalah dinding penahan yang berfungsi untuk menahan tanah agar tidak longsor.
Bentuk bangunan tersebut merupakan rancangan beton dengan lebar sekitar 8 meter dan tinggi sekitar 10 meter atau setara lebih tinggi dari tanggul yang selama ini ada.
“Kalau target pembangunan itu dari Desa Kalibuntu, Kecamatan Pabedilan sampai Desa Barisan, Kecamatan Losari atau sekitar panjang 4 KM, namun untuk tahap awal kita membangun di wilayah Desa Kalibuntu sepanjang 300 meter,” terangnya.
Terkait pekerjaan pembangunan retaining wall yang sebentar lagi memasuki musim penghujan, pihaknya mengungkapkan bahwa pekerjaan tersebut dilaksanakan secara manual dan mengandalkan komunikasi dan koordinasi dengan penjaga bendungan Cikeusik.
Pelaksanaan pembangunan retaining wall yang dilakukan tidak menggunakan kisdam, karena akan berpengaruh pada debit air Cisanggarung yang dikhawatirkan bisa limpas dari tanggul, sehingga dikhawatirkan masuk ke pemukiman warga.
“Kita melaksanakan pekerjaan secara alami saja, ketika air sungai Cisanggarung meluap atau debit airnya naik, maka pekerjaan diberhentikan sementara, hal itu dilakukan untuk menjaga keseimbangan arus sungai Cisanggarung agar tidak berdampak, limpas ke pemukiman masyarakat,” terangnya. (Nawawi)