KOTA CIREBON, (FC).- Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon terus melakukan pengubinan untuk memperoleh data produktivitas padi di tingkat petani. Metode ini dilakukan setiap subround atau tiga kali dalam setahun, dengan tujuan mendapatkan gambaran luas panen dan hasil per hektar.
Kepala BPS Kota Cirebon, Aris Budiyanto menjelaskan, bahwa pengubinan dilakukan berbasis koordinat menggunakan teknik Kerangka Sampel Area (KSA).
“Jadi, BPS Kota Cirebon melakukan ubinan sawah itu berbasis dari peta koordinat itu menggunakan teknik Kerangka Sampel Area (KSA),” jelasnya, Senin (3/2).
Menurut data pada tahun 2019, luas baku sawah tercatat 277 hektar, namun berdasarkan data terbaru tahun 2024, luasnya menyusut menjadi 93 hektar. Konversi lahan menjadi perumahan dan kawasan industri menjadi faktor utama penyusutan ini.
“Dari sisi luas panen, Kota Cirebon juga mengalami tren penurunan dalam tiga tahun terakhir.
Pada tahun 2021, luas panen mencapai 231,68 hektar, kemudian menurun menjadi 159,8 hektar pada 2022, dan kembali turun menjadi 137,1 hektar pada 2023.
Faktor cuaca, kekeringan, dan gagal panen menjadi penyebab utama berkurangnya luas panen dibandingkan luas tanam,” tambahnya.
Meski terus menerus mengalami penurunan, Saat ini Kota Cirebon masih memiliki beberapa hektar sawah meski Kota Cirebon sendiri tergolong wilayah perkotaan yang memiliki lahan pertanian terbatas.
“Saat ini, lahan pertanian padi paling banyak terdapat di Kecamatan Lemahwungkuk dan Harjamukti,” katanya, Senin (3/2).
BPS Kota Cirebon akan merilis data Luas panen, produksi padi dan produksi beras selama tahun 2024 pada 1 Maret 2025 setelah proses pengolahan data selesai.
“Jika ingin mengetahui data Luas panen dari KSA, Produksi padi dari luas panen bersih kali produktivitas , dan Produktivitas dari ubinan selama tahun 2024 itu nanti di tanggal 1 Maret 2025, kalau sekarang masih dalam tahap pengelolaan data,” pungkasnya. (Agus)
Discussion about this post