KAB. CIREBON, (FC).- Inovasi pemangku kebijakan di daerah sangat menentukan mewujudkan akselerasi percepatan pembangunan. Salah satunya adalah hadirnya transportasi massal yang terintegrasi dengan sejumlah wilayah.
Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cirebon, H Moh. Luthfi, belum lama ini.
“Yang perlu dipertajam di Kabupaten Cirebon itu hadirnya transportasi massal. Transportasi massal itu sangat dibutuhkan di Cirebon, yang terintegrasi dengan sejumlah wilayah, seperti Cirebon dan Indramayu,” ungkap Politisi PKB ini.
Ia menjelaskan, transportasi murah dapat menjadi indikator kemajuan daerah karena dapat meningkatkan aksesibilitas. Sehingga mampu mengurangi biaya logistik, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal melalui peningkatan mobilitas penduduk dan barang.
“Artinya salah satu indikator daerah maju itu adalah hadirnya transportasi masal yang murah. Dan hari ini, yang murah adalah KRL computer line,” kata Luthfi.
Artinya, lanjut dia, transportasi massal adalah solusi transportasi yang efisien, mengurangi kemacetan, meningkatkan mobilitas penduduk, serta mendukung pembangunan berkelanjutan.
“Transportasi massal, seperti KRL, bisa melibatkan peningkatan konektivitas antar wilayah, pengurangan kemacetan, peningkatan efisiensi perjalanan, serta dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat setempat,” ungkapnya.
Menurut dia, hadirnya Bandara Internasional Kertajati di Majalengka ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pemerintah Kabupaten Cirebon. Mau tidak mau, Kertajati ini sebagai pintu masuk perkembangan perekonomian di daerah tetangga. Salah satunya Cirebon.
“Kita harus manfaatkan itu (Kertajati, red), orang dari Singapura dari Cina mau investasi di Losari tinggal turun di Kertajati. Kalau ada KRL di Kertajati, yang melintas di Stasiun Jatibarang, Stasiun Arjawinangun dan Stasiun Cangkring, Losari sampai ke Tegal. Cirebon menjadi seksi dalam pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Gampangnya begini, kata Luthfi, orang dari Medan, ingin ke Gunungjati atau Trusmi, mereka tinggal turun di Kertajati, selanjutnya naik KRL turun di Cangkring, 1 km ke Gunungjati, satu kilo ke Trusmi. (Suhanan)