MAJALENGKA, (FC).- Belasan kecamatan di Kabupaten Majalengka terancam rawan kekeringan pada masa memasuki musim kemarau seperti sekarang ini. Hal ini nampak dari beberapa daerah yang aliran mata airnya mulai menyusut.
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Majalengka, Rezza Permana, mencatat terdapat 19 dari 26 kecamatan se-Kabupaten Majalengka yang rawan kekeringan. Menurut dia, seluruh kecamatan rawan kekeringan tersebut berdasarkan hasil kajian risiko bencana yang dilaksanakan BPBD Majalengka bersama instansi terkait lainnya.
“Dari kajian yang dilakukan, hampir 75 persen dari 26 kecamatan di Majalengka rawan kekeringan pada musim kemarau tahun ini,” ujar Rezza Permana, Minggu (6/8).
Selain itu, pihaknya mencatat terdapat 96 desa yang tersebar di 19 kecamatan se-Kabupaten Majalengka yang rawan kekeringan pada musim kemarau. Ia mengatakan, potensi kekeringan yang mengancam seluruh desa di 19 kecamatan tersebut termasuk kategori sedang hingga tinggi.
Karenanya, BPBD Majalengka pun memfokuskan perhatian ke seluruh desa dan kecamatan yang rawan kekeringan pada musim kemarau tahun ini.
“Seluruh wilayah rawan kekeringan ini menjadi fokus perhatian kami, dan siap mengerahkan bantuan air bersih saat diperlukan warga,” kata Rezza Permana.
Ia menyampaikan, kekeringan menjadi salah satu potensi bencana di Kabupaten Majalengka pada musim kemarau, selain bencana kebakaran hutan dan lahan. Bahkan, pihaknya mencatat 11 dari 13 bencana yang terjadi di Kabupaten Majalengka selama Juli 2023 merupakan peristiwa kebakaran lahan dan kekeringan.
“Personel dan sarana prasarana dari BPBD juga sudah disiagakan untuk menanggulangi kekeringan maupun kebakaran,” ujar Rezza Permana.
Terpisah, Edwin seorang warga Desa Kodasari Kecamatan Ligung, saat ini sudah merasakan dampak kekeringan. Selain ada beberapa titik sawah yang gagal panen, air yang bersumber dari sumur pantek pun sudah mulai mengering. Untuk memenuhi kebutuhan air keluarganya, Edwin terpaksa setiap sore harus mengambil air dari sebuah sumur yang masih bersumber airnya walaupun jauh dari rumahnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Saya setiap sore mengambil air pakai roda dua untuk memenuhi kebutuhan sehari hari seperti mandi dan mencuci. Hal ini karena sumur di rumah sudah mengering,” ujar Edwin.
Dirinya berharap kepada Pemkab Majalengka agar segera menyambungkan PDAM ke Desa Kodasari, yang saat ini baru nyampe Desa Leuweunghapit. Kalau PDAM masuk ke Desa Kodasari maka kekeringan bisa sedikit teratasi. (Munadi)
Discussion about this post