KAB. CIREBON, (FC).- Kurangnya minat generasi muda terhadap batik kini menjadi salah satu keresahan bagi para pengrajin batik lokal di Kabupaten Cirebon.
Salah satunya adalah Tatan Tanyumi (64) salah seorang pengrajin batik asal Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Tatan yang merupakan pengarajin batik dari tahun 1986 an itu mengatakan, bahwasannya pada saat ini ia hanya memiliki 15 karyawan yang tersisa dan sangat membutuhkan generasi muda untuk melanjutkan usahanya.
“Anak-anak sekarang kadang-kadang enggak mau membatik, maunya kerja di perkantoran, di mall, jadi makin langka gitu tenaga kerjanya,” ungkapnya, Senin (28/8).
Ia juga memiliki kekhawatiran terhadap kurangnya pengetahuan anak muda mengenai batik. Apalagi dengan maraknya batik printing yang sulit dibedakan dengan batik tulis biasanya.
Menurutnya, dikarenakan kurangnya minat anak muda di Cirebon, akhirnya ia terpaksa mempekerjakan para anak muda dari Pekalongan.
Hal itu ia lakukan karena kebanyakan batik hasil produksinya dikirim ke Pekalongan.
“Minat para pemuda dari Pekalongan dalam membuat batik tulis itu masih banyak. Di kita (Cirebon,-red) sudah tidak ada. Pinginnya kantoran, kalau tidak kerja di mall. Saya khawatir, motif batik khas Cirebonan akan punah, jika minat pembatik dari kalangan muda asal Trusmi tidak ada yang mau meneruskan,” kata Tatan.
Masih menurutnya, apalagi batik merupakan salah satu warisan dunia yang harus tetap dilestarikan. Namun, dengan regenerasi membatik ini kehilangan banyak SDM.
“Berharap saja, mudah-mudahan anak-anak muda tergerak hatinya untuk terjun membatik, agar warisan dunia tidak punah,” katanya. (Tim PPL/FC)
Discussion about this post