KAB. CIREBON, (FC),- Masalah stunting di masa pandemi menjadi fokus perhatian Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
Menurut Kepala Kabid Sosial Budaya Bappelitbangda Kabupaten Cirebon, Agung Gumilang, ada kemungkinan di masa pandemi ini kasus stunting mengalami kenaikan meski tidak besar.
Sebab, kondisi pandemi menjadikan segala aktifitas terhambat, terutama perekonomian masyarakat.
Pandemi telah menyebabkan jatuhnya perekonomian yang sangat terasa dan berdampak nyata bagi masyarakat kelas menengah kebawah.
“Pandemi ini kan jadinya masalah kemiskinan akibatnya, karena ekonomi jatuh, masyarakat konsumsi makanan itu seadanya,,” ungkap Agung
Ibu hamil juga dengan usia 1000 hari anak yang semestinya mendapat gizi lengkap, sambung Agung, malah mengurangi asupan gizi yang seharusnya masuk untuk anak karena tertekan keadaan ekonomi ini.
Oleh karena itu, hal ini menjadi tugas penting Bappelitbangda dan SKPD terkait untuk mengatasi stunting di tengah pandemi.
Agung pun menyampaikan, perlu adanya intervensi dari seluruh stakeholder untuk menangani masalah stunting ini.
Karena memang masalah ini merupakan masalah bersama yang akan mempengaruhi masa depan.
Ia pun menambahkan, penyebab stunting yang paling utama adalah pengetahuan dan wawasan yang dimiliki calon orang tua. Artinya, perlu adanya pengetahuan terkait masalah ini bagi setiap calon orang tua.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Enny Suhaeni menyampaikan, penyebab lainnya adalah pola asuh dan lingkungan yang kurang bersih, baik dalam dan luar rumah, terutama sanitasi dan akses air bersih.
“Aksi yang sudah kita lakukan sejauh ini cukup banyak, yaitu pemberian TTD pada remaja putri, pemberian Fe bumil, PMT bumil KEK, pelaksanaan kelas ibu hamil dan ibu balita, PMT balita kurus, IMD, ASI ekslusif, zink pada penderita diare, dan beberapa lainnya,” katanya.
Enny mengungkapkan, jumlah kasus stunting yang terjadi dari tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 8 persen dengan jumlah 15.465 kasus.
Kemudian tahun 2019 menurun menjadi di angka 7,92 persen dengan jumlah 14.127 kasus, dan 2020 kembali naik menjadi 8,28 persen dengan jumlah14.621 kasus.
Meski tidak besar, angka ini ada kemungkinan akan bertambah mengingat belum berada di penghujung tahun 2020, juga tetap perlu ada fokus perhatian lebih. (Sarrah/Job/FC)