MAJALENGKA,– Selain cuaca ekstrem, banjir yang melanda beberapa desa di wilayah utara Majalengka, juga disebabkan oleh aliran sungai yang mampet. Sebab, disepanjang sungai Cimanuk ada aktivitas penambangan batu dan pasir yang dilakukan sejumlah masyarakat atau perusahaan tambang galian C.
“Ini kan gara-gara beberapa perusahaan penambang Galian C menutup jalur air di sungai Cimanuk menuju ke laut. Jadinya, air sungai itu tersumbat dan meluap ke rumah warga. Selain itu juga membuat tanggul cepat abrasi,” beber Joni warga Kecamatan Jatitujuh, Senin (22/2).
Sementara itu terpisah, Kepala Desa Putridalem Kecamatan Jatitujuh, Endah Hendrawati mengatakan, pihaknya juga pernah menerima laporan serupa dari warga. Namun setelah diteruskan ke dinas terkait, hingga saat ini belum ada keputusan.
Endah setuju jika galian C menjadi salah satu penyebab meluapnya air sungai. Menurutnya, vegetasi dikawasan hulu Sungai Cimanuk sudah habis. Sehingga daerah resapan yang ada di sekitarnya pun sudah sangat berkurang. Kondisi itu diperparah dengan masifnya aktivitas penambang pasir sungai yang diperuntukan untuk kepentingan lain.
“Harus ada komitmen dari pemerintah dan masyarakat. Jadi masyarakat jangan lagi mengambil pasir diwilayah sungai Cimanuk,” ujar Endah.
Masih menurutnya, kawasan hulu sungai seharusnya berfungsi, agar ekosistem bisa terjaga dengan baik. Endah menyarankan agar pemerintah setempat mengembalikan fungsi konservasi kawasan sungai. “Persoalan tambang disepanjang sungai Cimanuk juga harus dibuatkan aturan yang keras dan kuat. Sanksi yang tegas. Masyarakat harus sadar agar tidak mengambil pasir di sana,” tegasnya.
Jika tambang pasir di Sungai Cimanuk terus dieksploitasi, potensi banjir yang lebih besar bisa terjadi pada masa yang akan datang. Bahkan tidak hanya itu, Endah Endrawati mendesak Pemprov segera membangun tanggul di aliran sungai Cimanuk yang menjadi penyebab banjir di desanya.
“Warga masih trauma dengan kejadian banjir beberapa minggu lalu karena tanggul penahan air di titik tersebut sudah hilang dan terkikis air. Belum lagi kemarin malam ada pemberitahuan bahwa bendungan rentang sudah mulai masuk siaga kembali, beberapa warga sudah siap siaga dan menjaga dibeberapa titik yang tanggul penahan airnya sudah tidak ada karena khawatir akan terjadi banjir susulan,” papar Endah.
Menurut Endah pernah ada upaya yang dilakukan oleh pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan PSDA, Namun hingga saat ini belum ada realisasinya. “Sampai sekarang belum ada realisasinya, padahal kondisi seperti ini sangat penting untuk segera merealisasikannya, betul betul urgen untuk menyelamatkan masyarakat,” jelasnya
Dia kembali meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk segera memperbaiki beberapa tanggul penahan air yang sudah mulai hilang. “Kami harap pemerintah Jawa Barat untuk segera memperbaiki tanggul yang sudah hilang di sepanjang desakami,” pungkasnya. (Munadi)
Discussion about this post