“Saya senang sekali penguji kali ini, melibatkan akademisi, psikolog, dan termasuk kemarin tataran KASN dan sekarang ada Depdagri,” kata Acep.
Dengan adanya Open Biding ini, lanjut Acep, setidaknya proses berjalan dengan ketat, apapun hasilnya semua pasti mampu dan semua pasti baik, tapi dengan adanya tahapan-tahapan ini pasti terlihat nilai lebih dari masing-masing peserta.
“Dan saya sekarang selalu menganjurkan mereka berinovasi dan kolaborasi, koordinasi antar dinas, antar personal, koordinasi lintas sektoral itu wajib, dan bisa mendatangkan anggaran untuk pembangunan kuningan,” jelas Acep.
Sebelumnya, Ketua Pansel, H. Dian Rachmat Yanuar mengatakan bahwa ASN saat ini dituntut dengan dinamika yang terjadi, sehingga tidak lagi ada kata tidak singkron, tidak efektif dan tumpang tindih ketika ada dinamika baru yang muncul seperti Covid -19 saat ini.
“Jangan sampai ada kegagapan dengan situasi yang tidak terprediksi, disini ASN dituntut cepat beradaptasi dengan dinamika yang terjadi, makanya hari ini mendadak tema makalah kita tentukan yaitu Strategi penanganan Covid -19 sesuai dengan Tupoksi yang dituju,” kata Dian.
Ini juga, lanjut Dian, bagian dari Warning bagi para calon pejabat eselon II, sehingga para pejabat ini bisa berinovasi memberikan masukan dan saran kepada pimpinan kedepannya.
Kemudian, masih Dian, kemampuan sosio cultural juga didorong sebagai penilaian lebih, karena sebelumnya hanya diuji pada kemampuan teknis. Sehingga saat ini lebih diutamakan pada kemampuan managerial dan sosio cultural.
“Keur Naon ai pinter (Buat apa pintar) teknis, tapi tidak bisa kolaborasi dengan SKPD lain, sehingga kedepan dengan dinamika tinggi dan keterbatasan anggaran, harus bisa inovasi dengan kondisi tahun ini dengan pandemic, mereka harus bisa menjawab tantangan itu. Yang dibutuhkan itu bukan superman tapi super-tim,” kata Dian.
Itu nanti, lanjut Dian, dilihat pada Uji kompetensi besok selasa (27/10). Dimana akan terlihat mana calon pimpinan yang pintar secara akademis dan pintar secara managerial. Artinya ketika menjadi kepala SKPD harus bisa menggerakan.
“Percuma kalau pintar tapi ribut saja dibawahnya. Itu nanti dilihat semua besok, yang mana memadukan kemampuan managerial, teknis, pemerintahan dan sosio cultural,” kata Dian. (Ali)