MAJALENGKA, (FC).- Dalam beberapa hari ini curah hujan di wilayah Majalengka khususnya Majalengka bagian utara cukup tinggi, seperti di wilayah Kecamatan Kertajati dan Jatitujuh.
Selama empat hari ini hujan turun cukup lebat sehingga mengakibatkan saluran Cibuaya yang membentang dari Kertajati sampai ke Jatitujuh tidak bisa menampung akhirnya meluap.
Dampaknya sawah yang ada di beberapa desa di Kecamatan Jatitujuh kurang lebih 300 hektar tergenang air, akibatnya padi yang baru saja ditanam rusak dan hanyut.
Menurut Kepala Desa Jatiraga Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Carsidik mengatakan, meluapnya saluran Cibuaya tersebut akibat hujan lebat yang terjadi selama empat hari ini, ditambah adanya penyempitan saluran air di bagian hilir bendung Cibuaya.
“Dulu lebar Cibuaya kurang lebih 4 meteran, namun sekarang tinggal 1,5 meter saja. Selain penyempitan juga terjadi pendangkalan. Oleh karena itu perlu segera adanya normalisasi sungai agar tidak terjadi banjir seperti sekarang ini,” kata Carsidik kepada awak media, Rabu (6/1).
Selain itu kata Kades Carsidik, adanya penyempitan saluran dibagian hilir Cibuaya, juga pintu bendung rusak yang sampai saat ini belum di perbaiki.
Padahal satu tahun kebelakang pihaknya sudah minta ke pihak BBWS untuk segera memperbaiki, namun sampai saat ini dari pihak BBWS belum juga ada tanggapan.
Menurutnya, bila hal itu tidak segera di tangani dan dilakukan normalisasi sungai Cibuaya maka para petani yang ada di kecamatan Jatitujuh akan mengalami gagal panen.
Karena saat hujan tiba, ribuan hektar sawah yang ada di wilayah tersebut akan tergenang oleh luapan saluran Cibuaya.
“Kami minta Pihak BBWS untuk segera memperbaiki saluran Cibuaya tersebut, agar para petani di desa kami tidak mengalami gagal panen,” tutup Carsidik.
Ditempat yang sama seorang petani asal Desa Pilangsari Hasan memohon kepada pemerintah dalam hal ini Pemkab Majalengka harus segera turun tangan agar nasib petani tidak terkatung katung.
“Coba bayangkan, saat petani dihantui oleh hilangnya pupuk bersubsidi, sehingga dengan terpaksa membeli pupuk non subsidi biarpun mahal. Setelah tanaman padi dipupuk, sawah seeing terendam banjir, hal ini yang membuat petani dibikin pusing,” ujar Hasan. (Munadi)