KAB. CIREBON, (FC).- Lebih dari 1.100 rumah dengan 1.900 kepala keluar (KK) di Desa Suranenggala Kulon, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon terendam air setinggi 50-100 centimeter (cm) sejak pukul 18.00 WIB kemarin Senin sore (18/1) hingga hari ini, Selasa (19/1).
Camat Suranenggala Indra Fitriani mengatakan, 9 desa di wilayahnya hampir terendam banjir, dan Desa Suranenggala Kulon hampir 100 persen terdampak banjir.
“Kita sudah 3 hari terendam banjir akibat luapan air Sungai Winong atau Karangsambung yang limpas ke pembuang Pencereng. Padahal sudah dinormalisasi tanggulnya, karena terkikis lalu masuk ke Kalimati kemudian menuju Asem Jajar dan berakhir dengan membanjiri seluruh desa di Suranenggala,” jelasnya Fitri.
Fitri menyebutkan, upaya yang dilakukan adalah air akan dikeluarkan dengan pompa yang ada. Namun, jika hujan deras kembali menghajar dan banjir tak kunjung surut maka akan kesulitan untuk memompa keluar air terutama di wilayah Suranenggala Kulon.
“Kalau kondisi banjirnya seperti ini (terkurung di dalam) maka upayanya harus dipompa tapi, kalau hujan lagi dan sungainya penuh maka tidak akan berguna,” beber Camat Fitri.
Sementara itu, Kuwu Desa Suranenggala Kulon Kasmad menambahkan, sebanyak 4 RW di desanya terendam banjir sejak Senin sore (18/1).
Khususnya, untuk RW 4 Blok Pagertoya yang telah lebih dulu dialiri luapan air Sungai Winong sejak Minggu malam (17/1) pada pukul 10.00 WIB.
Dan Pagertoya pun menjadi titik terdalam di Suranenggala Kulon yaitu sedalam 1 meter.
“Disini ada 3 RW yang terendam tapi yang paling parah itu di Pagertoya kurang lebih 5 kilometer dari sini,” ujar Kasmad kepada FC.
Kemudian air dari Pagertoya mulai memasuki pemukiman warga di 3 RW lainya pada pukul 10.00 WIB pagi di hari secara berkala hingga mulai naik terus menerus hingga ketinggian kurang lebih setinggi lutut orang dewasa.
“Selama rentang waktu kurang dari 8 jam berhasil memindahkan barang-barang penting menuju tempat yang lebih aman,” kata Kuwu.
Pihaknya, kata Kasmad, baru membangun dapur umum dengan target 3.000 nasi bungkus perhari, selam 3 hari kedepan. Untuk, posko kesehatan sendiri belum ada dari pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon.
“Yang jelas, para petani menanggung rugi yang amat dirasa. Sebab, baru saja tandur (tanam) dan pemberian pupuk, tapi harus digenangi air. Terlebih, pupuk saat ini sedang sulit didapat, oleh karenanya akan menjadi kerugian berkali lipat,” katanya.
Sejauh ini, belum ada untuk warga yang terjangkit penyakit pascabanjir.
“Adapun kerugian yang dirasakan beberapa warga itu adalah para petani penggarap yang sawahnya terendam banjir karena terdapat 230 hektare sawah yang terendam untuk Suranenggala Kulon,” bebernya.
Salah seorang warga Harun menuturkan, pada saat aliran air masuk ke pemukiman warga langsung memindahkan barang-barang berharga seperti kulkas, televisi, dan barang elektronik lainnya.
Sedangkan kasur ditumpuk diatas meja atau lemari kayu.
“Ya, udah ketahuan bakalan naik atau diprediksi warga langsung beres-beres perkakas. Jadi, alhamdulillah nggak ada kerugian fatal. Walau memang, untuk wilayah sini itu banjir baru pertama kali selama saya tinggal disini,”pungkas Harun. (Sarrah/Muslimin)
Baca juga: Berenang Saat Banjir, Saeful Hilang Terseret Arus
Discussion about this post